Pelabuhan Kelas III Bojong Salawe Pangandaran melakukan uji sandar kapal di dermaga, Kamis (11/3/2021). Percobaan sandar kapal ini menjadi bagian persiapan operasional pelabuhan tersebut.
Uji sandar kapal di dermaga ini menjadi syarat pengajuan izin operasional pelabuhan dari Pemkab Pangandaran.
"Saya berharap dengan izin operasional dari Pak Bupati, nanti pelabuhan Pangandaran bisa lebih ramai yang juga dibantu oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat," kata Kepala Pelabuhan Pangandaran Firman Saptari didampingi Sekdis Perhubungan Jawa Barat Idat Rosana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya saja menurut Firman, masih ada kekurangan di Pelabuhan Pangandaran yaitu belum ada break water untuk keselamatan pelayaran.
Break water atau pemecah ombak ini dibutuhkan untuk menahan arus bawah gelombang ke dermaga. Arus ini membuat kapal yang sandar bergoyang. Jika dipasang pemecah ombak, maka air di dermaga lebih tenang dan kapal pun diam.
Jika tanpa pemecah ombak waktu aman sandar hanya 5 bulan dalam setahun. Jika sudah ada pemecah ombak maka bisa sepanjang tahun.
Lebih lanjut Firman berharap agar pelabuhan kelas III di Pangandaran ini bisa maju sehingga bisa menyaingi pelabuhan-pelabuhan lainnya di Indonesia.
Sekdis Perhubungan Jawa Barat Idat Rosana mengatakan hendak mengusulkan pembangunan pemecah ombak di pelabuhan Pangandaran kepada Pemprov Jawa Barat. "Mudah-mudahan di tahun 2022 sudah bisa membangun break water," kata Idat.
Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan uji sandar kapal ini sebagai bagian pengembangan pelabuhan Pangandaran.
"Menurut Kapten kapal katanya alun air lautnya cukup kencang maka perlu dibangun break water di kawasan pelabuhan. Biar nanti DED nya kita serahkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Untuk mendorong pelabuhan nanti saya akan berkoordinasi dengan pak Dirjen Perhubungan," kata Jeje.
Soal perijinan, kata Jeje saat ini sedang dilakukan pengkajian dan berharap dalam satu minggu ini ijin operasional pelabuhan sudah terbit.
"Minggu depan ijin sudah terbit, karena ada beberapa hal yang harus dikaji terlebih dahulu," ujar Jeje.
Dengan adanya pelabuhan di Pangandaran, kata Jeje, Cilacap Jawa Tengah atau Gresik Jawa Timur yang memiliki komoditi semen dan pupuk bisa diangkut ke Pangandaran melalui jalur laut menggunakan kapal supaya lebih efesien dan memiliki muatan yang banyak ketimbang menggunakan kendaraan truk angkutan barang. Atau impor hewan sapi dari Australia ke Pangandaran, sehingga lebih dekat.
"Tinggal memikirkan komoditi apa yang akan di bawa dari Pangandaran ke luar," kata Jeje.
Menurut Jeje dengan memiliki pelabuhan menjadi sarana penunjang yang luar biasa, karena Pangandaran memiliki garis pantai sepanjang 91 kilometer.
"Mungkin nanti kapal-kapal ikan tuna atau kapal pesiar bisa sandar di pelabuhan kelas III di Pangandaran supaya lebih aman, apalagi setelah breakwater dibangun pelabuhan bisa terlindung dari gelombang karena seperti kolam agar kapal-kapal pesiar pun bisa sandar di pelabuhan sehingga bisa meningkatkan sektor pariwisata," ujar Jeje.
Apalagi kata Jeje, sekarang ini di Pangandaran sudah ada wisata mancing di jalur dua tengah laut, beberapa ratus meter dari bibir pantai. "Cuma baru pakai perahu-perahu kecil yang muatannya hanya beberapa orang saja," kata Jeje.
(mso/mso)