Menyambung Nyawa di Ruang Kritis COVID-19

Menyambung Nyawa di Ruang Kritis COVID-19

Yudha Maulana - detikNews
Sabtu, 27 Feb 2021 08:29 WIB
Ilustrasi Tenaga Kesehatan
Ilustrasi tenaga kesehatan. (Ilustrator: Fuad Hashim)
Bandung -

Tenaga kesehatan (nakes) menjadi garda terdepan dalam melawan virus Corona. Mereka bekerja tak kenal lelah dalam ikhtiar menyambung nyawa pasien COVID-19 di ruang kritis.

Berdasarkan laporan Satgas COVID-19 Nasional per 27 Februari 2021, 1.322.866 warga Indonesia terinfeksi oleh virus yang menyerang saluran pernafasan itu. 1.128.672 pasien telah sembuh, 158.408 pasien masih dalam perawatan dan 35.786 pasien meninggal dunia.

Suara mesin pemonitor medis saling bersahutan di Ruang Isolasi Khusus Kemuning (RIKK) Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Suara itu berpacu dengan dentingan jarum jam yang menunjukkan pukul 01.00 WIB dini hari. Isman M Toha, salah seorang perawat COVID-19 di RIKK RSHS Bandung, masih harus terjaga saat itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Telinganya harus selalu awas mendengar ragam suara monitor medis tersebut sambil mengenakan hazmat yang menggerahkan, barangkali ada pasien yang harus segera ditangani seperti dipasangkan alat ventilator dan penanganan medis khusus lainnya. Pandemi COVID-19, diakuinya, memberikan tantangan yang lebih berat dibandingkan dengan penyakit menular lainnya di RIKK. Pasalnya, pasien yang terpapar virus Corona terus berdatangan setiap harinya.

"Kewalahan ada, apalagi kalau misalkan pasiennya mengalami perburukan, ekstra perhatiannya di RIKK, ruangan high care dan intensif, jadi lebih hectic (sibuk)," ujar Isman kepada detikcom.

ADVERTISEMENT

"Pasien satu sembuh pindah, pulang. Kita keluarkan pasien, terus kemudian datang lagi jadi enggak sampai kosong. Karena antrean pasien dari luar banyak, jadi begitulah keseharian kita," imbuh Isman yang telah mengabdi di RIKK RSHS Bandung selama 15 tahun.

Tak terhitung berapa banyak keringat yang bercucuran dari para perawat yang menangani COVID-19. Tantangan nakes, kata Isman, bukan hanya pasien yang harus segera disembuhkan, tapi juga kerentanan diri dari penularan virus.

"Di dalam (RIKK) itu minimal dua jam kita pakai APD, tapi kita giliran sistemnya untuk mencegah kelelahan berlebih. APD terus dipasang kalau di zona merah, kita tidak keluar-masuk zona hijau, kalau keluar dari zona merah harus buka APD. Kadang kalau pasiennya perlu tindakan kita empat jam pakai APD," tuturnya.

Tak hanya keringat, para nakes ini juga menitikkan air mata ketika ada rekan sejawat dan keluarganya yang terpapar COVID-19, bahkan sampai meninggal dunia di tengah perjuangannya melawan pandemi. "Banyak lagi teman-teman tenaga kesehatan ada yang meninggal, perawat di ruang intensif juga ada yang meninggal karena COVID-19," ucap Isman.

Listrik Harus Terus Mengalir

Keterampilan para nakes dalam menangani pasien COVID-19 perlu ditunjang oleh berbagai peralatan, termasuk perangkat elektromedik atau alat kesehatan yang memerlukan sumber catu daya listrik agar dapat bekerja.

Ruang rawat di ICU dan ruang perawatan intensif masuk ke dalam ruang kategori 2E (kategori 2). Kompartemen Manajemen Penunjang Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Soekartono Soewarno memaparkan ruangan kategori dua merupakan ruang yang menggunakan perlengkapan elektromedik yang dayanya diperoleh dari jaringan listrik umum.

"Aliran listrik dalam ruangan ini tidak boleh terputus karena pemeriksaan dan pengobatan pasien harus terus berlangsung. Jika terjadi gangguan pada jaringan umum, CDPK mengambil alih tugas jaringan listrik umum tanpa aliran terputus," papar Soekartono dalam Webinar bertajuk 'Ketahanan Instalasi Listrik Rumah Sakit di Masa New Normal' pada 1 Oktober 2020.

RSHS Bandung melakukan simulasi penanganan pasien suspect corona, Jumat (6/3/2020). Simulasi itu untuk menunjukkan kesiapan RSHS dalam menangani pasien suspect corona.Ilustrasi penanganan pasien COVID-19 di RSHS Bandung. (Foto: Wisma Putra/detikcom)

Dalam Webinar yang sama, Kuat Supriyadi dari RSUP dr. Sardjito Yogyakarta mengatakan, aliran listrik sangat vital dalam menunjang kinerja dari elektromedik atau perangkat penunjang kehidupan lainnya.

"Ingat ada life support pastikan mendapatkan pasokan dari genset, tapi tidak semudah itu dari genset saat listrik mati, walau genset hanya butuh waktu 14 detik untuk beralih, tapi (butuh waktu) untuk dihidupkan dan loading (mesin monitor) kembali. Pengalaman kami (soal) ventilator dan mesin monitor saat (listrik) mati, harus dimulai ulang lagi (restart), di-coding lagi, itu apa artinya ? (listrik) tidak boleh mati. Harus ada backup dengan UPS, walau UPS bukan pengganti dari PLN, tapi sebagai transisi saja," papar Kuat.

Direktur Perencanaan, Organisasi dan Umum Muhammad RSHS Bandung drg. Muhammad Kamaruzzaman mengatakan, sarana listrik di RSHS telah dilengkapi dengan cadang listrik sehingga bila listrik PLN padam, secara otomatis akan menggunakan listrik cadangan, baik genset maupun UPS.

"Dengan waktu peralihan tidak lebih dari 13 detik, bila menggunakan genset, kalau UPS langsung tidak ada jeda," ujar Kamaruzzaman saat dikonfirmasi detikcom.

Aliran Listrik untuk RS Rujukan COVID-19

Manajer PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Kota Bandung Majuddin mengatakan rumah sakit menjadi salah satu pelanggan prioritas yang kebutuhannya menjadi wajib terpenuhi di masa pandemi COVID-19.

"Jadi salah satu pelanggan utama kita, yang kita kategorikan sebagai pelanggan 'critical' itu salah satunya adalah rumah sakit, apalagi di masa pandemi ini layanan di rumah sakit, khususnya untuk pasien COVID-19 meningkat dan butuh layanan lebih daripada sebelum-sebelumnya," ujar Majuddin saat ditemui detikcom, 24 Februari 2020.

Menurutnya, pasokan atau feeder listrik untuk rumah sakit disiapkan berlapis. Bila satu jalur harus padam karena pemeliharaan, pasokan listrik bisa terpenuhi dari suplai listrik yang lain.

Namun andaikata pemadaman tak terelakkan, langkah proaktif telah dilakukan sebelumnya dengan memastikan langsung kelaikan genset di rumah sakit.

"Kita koordinasi dengan teman-teman, khususnya PIC kelistrikan di RS tersebut, sebenarnya rata-rata RS punya backup genset, kita lakukan pengecekan bersama, bila tidak bisa kita hindari harus padam, genset itu siap. Itu sudah kita lakukan uji coba bersama, dan alhamdulillah semua berfungsi," katanya.

"Alhamdulillah selama COVID-19 sampai dengan hari ini tidak ada kendala di RS rujukan COVID-19. Awalnya ada empat di Kota Bandung itu, RSHS, RS Rotinsulu, RSKIA Bandung dan RS Pindad. Pasokan listrik untuk RS besar seperti RS Borromeus, RS Santosa dan Advent juga kita penuhi," ucap Majuddin.

Halaman 2 dari 2
(yum/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads