375 santri dan pengajar di salah satu pondok pesantren di Kota Tasikmalaya terinfeksi virus Corona. Satgas Penanganan COVID-19 Jawa Barat (Satgas Jabar) memastikan temuan ini akan berdampak terhadap tingkat keterisian ruang rawat di Kota Santri tersebut.
"Iya pasti ada pengaruhnya, karena menambah isinya. Tapi masih terkendali," ujar Ketua Harian Satgas COVID-19 Jabar Daud Achmad saat dihubungi detikcom, Rabu (17/2/2021).
Daud mengatakan, saat ini penghuni pesantren yang terpapar diisolasi di tiga tempat. Untuk pasien yang bergejala dirawat di RSUD dr Soekardjo dan RS Dewi Sartika, sedangkan yang bergejala ringan dievakuasi ke hotel dan sebagian lagi melakukan isolasi di lingkungan pesantren.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini Satgas Provinsi terus berkoordinasi dan mendukung langkah Satgas Kota Tasikmalaya yang sudah dengan baik menangani peristiwa ini," ujar Daud.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat mengatakan rata-rata santri dan pengajar yang terpapar mengalami gejala ringan, hilang penciuman, demam dan batuk.
"Total sampai siang ini ada 375 Santri yang terpapar COVID-19. Awalnya hanya satu santri yang hilang penciuman setelah ditelusuri merambat ke tenaga pengajar sampai santri lain," ucap Uus.
Dia menyebut ada sebanyak 832 santri dan pengajar menjalani tes swab. Dari jumlah tersebut sebanyak 375 orang dinyatakan positif COVID-19.
"Jumlah sample yang diterima 832. Jumlah kasus terkonfirmasi 375 orang terdiri dari pengajar 48 Orang. Santri perempuan atau santriyah 173 orang dan santri Laki-laki atau santriyin 154 orang," ucap Uus.
"Sekarang kita upayakan untuk tidak dipulangkan. Tetapi akan dilakukan pemisahan antara santri yang terkonfirmasi dan yang tidak terpapar. Santri perempuan ditempatkan di hotel untuk isolasi mandiri dan laki-laki akan di tempatkan di RS Dewisartika. Sementara yang bergejala akan di RSUD dr Soekardjo," ucap Uus.
(yum/mso)