Ia menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah di Tol Cipali Km 122. Di antaranya material timbunan yang kurang padu atau mudah tererosi. Pengaruh dari erosi air permukaan (air hujan maupun aliran sungai) di kaki lereng mengingat lokasinya yang berada tidak jauh dari sungai besar.
"Curah hujan yang tinggi menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah," ujar Andini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PVMBG pun merekomendasikan agar badan jalan yang retak dan ambles segera diperbaiki untuk menormalkan kembali lalu lintas. Namun dengan sejumlah catatan. "Segera menutup retakan dan dipadatkan agar air tidak meresap ke dalamnya yang dapat mempercepat pergerakan tanah. Kemudian, mengarahkan aliran air permukaan agar menjauhi area retakan," tuturnya.
"Membuat perkuatan lereng di tepian badan jalan yang berada dekat dengan sungai untuk mengurangi laju erosi dan meningkatkan kestabilan lereng," kata Andiani melanjutkan.
Pengalihan arus lalu lintas pun diperlukan, seraya menanti perbaikan jalan selesai. "Melakukan pemantauan terhadap area retakan. Jika retakan berkembang dan bertambah luas, segera tutup jalan dan mengalihkan kendaraan yang melintas (contra-flow)," kata Andini.
(yum/bbn)