Analisis PVMBG soal Jalan Ambles di Tol Cipali

Analisis PVMBG soal Jalan Ambles di Tol Cipali

Yudha Maulana - detikNews
Selasa, 09 Feb 2021 19:32 WIB
Ruas jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) KM 122 arah Jakarta mengalami ambles. Petugas memberlakukan contraflow atau sistem lawan arus di lokasi tersebut.
Jalan ambles di Tol Cipali Km 122. (Dian Firmansyah/detikcom)
Bandung -

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menganalisis bencana gerakan tanah di Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) Km 122, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Sekadar diketahui, bencana itu membuat sebagian jalan tol ambles dan tak bisa dilalui kendaraan pada Selasa (9/2/2021) pukul 03.00 WIB. Terjadi retakan pada badan jalan sepanjang 20 meter dengan kedalaman 1 meter pada jalur arah Jakarta.

Kepala PVMBG Andiani mengatakan secara umum lokasi bencana merupakan daerah landai hingga agak curam yang berada di bantaran Sungai Cipunagara dengan kemiringan lereng kurang dari 20 derajat. "Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bandung, Jawa (Silitonga, 1973), daerah bencana tersusun oleh batu pasir tufaan, lempung, dan konglomerat (Qos)," kata Andiani dalam keterangan resmi PVMBG.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andiani menjelaskan, di sekitar area gerakan tanah, tidak terdapat struktur geologi berupa lipatan maupun sesar atau patahan. Kendati begitu, dalam Peta Prakiraan Wilayah yang Berpotensi Terjadi Gerakan Tanah yang dirilis PVMBG, ruas Jalan Tol Cipali Km 122 berada dalam wilayah dengan potensi gerakan tanah rendah.

"Artinya, daerah ini mempunyai potensi rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah kecuali pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai dan gawir atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama telah mantap kembali," kata Andiani.

ADVERTISEMENT

Simak video 'Penampakan dari Udara Tol Cipali KM 122 yang Ambles':

[Gambas:Video 20detik]



Ia menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah di Tol Cipali Km 122. Di antaranya material timbunan yang kurang padu atau mudah tererosi. Pengaruh dari erosi air permukaan (air hujan maupun aliran sungai) di kaki lereng mengingat lokasinya yang berada tidak jauh dari sungai besar.

"Curah hujan yang tinggi menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah," ujar Andini.

PVMBG pun merekomendasikan agar badan jalan yang retak dan ambles segera diperbaiki untuk menormalkan kembali lalu lintas. Namun dengan sejumlah catatan. "Segera menutup retakan dan dipadatkan agar air tidak meresap ke dalamnya yang dapat mempercepat pergerakan tanah. Kemudian, mengarahkan aliran air permukaan agar menjauhi area retakan," tuturnya.

"Membuat perkuatan lereng di tepian badan jalan yang berada dekat dengan sungai untuk mengurangi laju erosi dan meningkatkan kestabilan lereng," kata Andiani melanjutkan.

Pengalihan arus lalu lintas pun diperlukan, seraya menanti perbaikan jalan selesai. "Melakukan pemantauan terhadap area retakan. Jika retakan berkembang dan bertambah luas, segera tutup jalan dan mengalihkan kendaraan yang melintas (contra-flow)," kata Andini.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads