Jelang perayaan tahun baru Imlek yang jatuh pada Jumat (12/02/2021), produksi dodol keranjang atau lebih dikenal sebagai dodol cina menurun. Penurunan produksi ini lantaran pesanan dodol berkurang hingga 50 persen.
Hayati, salah satu perajin dodol di gang Aster, Nagri Kaler, Purwakarta yang masih memproduksi mengaku, penurunan disebabkan karena pandemi corona yang melanda dan hingga saat ini belum sirna.
"Produksi masih seperti biasa cuma ada penurunan. Dulu di hari yang sama (ha-9 jelang Imlek) sudah memproduksi sebanyak 2 ton dodol, sekarang baru 1 ton juga kurang. Yang beli tiap hari juga ada, cuma sekarang enggak banyak kayak dulu," ujar Hayati di tempat produksinya kepada detikcom, Rabu (03/02/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hayati yang secara turun temurun memproduksi dodol, hanya bisa pasrah dengan kondisi yang ada. Ia tetap memproduksi dodol demi menjaga kelestarian tradisi di perayaan imlek.
Hayati menambahkan, harga bahan-bahan baku untuk membuat dodol ini naik, seperti harga tepung terigu dan harga gula. Kondisi ini memaksa hayati menaikkan harga dodol perkilogramnya.
"Pada naik sekarang mah, ya dodol ikut naik. Sebelumnya Rp. 35 ribu per kilogram, sekarang menjadi Rp. 40 ribu per kilogramnya," kata hayati.
Diketahui bahan-bahan membuat dodol keranjang seperti tepung ketan, gula putih, dan daun pandan. Tepung yang telah di haluskan diaduk merata dengan gula yang sudah dicairkan.
Adonan yang sudah selesai disuk secara merata, di masukkan ke tempat seperti keranjang yang sudah di lapisi plastik. Tempat keranjang tersebut kemudian di masukkan ke dalam tempat kukusan dengan cara di susun. Pengukusan dilakukan selama 15 jam di atas tungku pembakaran.
Tonton Video: Melihat Persiapan Imlek Kelenteng Tertua di Indonesia