Ribuan ikan di Setu Citongtut Desa Cicadas, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor tiba-tiba mati mendadak. Ribuan ikan yang mati di lokasi konservasi ikan air tawar ini diduga mati akibat limbah beracun.
"Ikan yang mati itu ribuan, ngga tahu jumlahnya sudah berapa. Dari kemarin terus bertambah, sekarang lebih banyak," kata Kades Cicadas, Dian Hermawan dikonfirmasi detikcom, Selasa (2/1/2021).
Dian menyebut, ribuan ikan yang mati di Setu Citongtut diduga akibat tercemar limbah. Hal ini, kata Dian, ditandai dengan warna air setu yang berubah warna menjadi hitam pekat dan berbau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang terparah sih kemarin, saya ke lokasi. Air setu jadi hitam pekat dan bau yang tidak mengenakan. Sebelumnya warna air normal. Sejak satu minggu ke belakang ini air berubah warna jadi hitam pekat dan berbau," ungkap Dian.
"Dugaan awal, kemungkinan besar dari pembuangan limbah cair. Kan ngga mungkin juga keluar dari tanah, mengeluarkan limbah beracun," kata Dian menambahkan.
Setu Citongtut, kata Dian, merupakan salah satu setu yang dimanfaatkan untuk konservasi ikan tawar di Desa Cicadas yang dibina Pemkab Bogor melalui Dinas Perikanan dan peternakan. Pembenihan ikan juga telah dilakukan beberapakali sejak setahun yang lalu oleh Pemkab Bogor dan bantuan dari komunitas-komunitas serta masyarakat pecinta lingkungan.
"Setu citongtut, memang untuk konservasi ikan setu itu. Penanaman benih ikan sudah puluhan ribu disitu. Terakhir kan pembenihan dilakukan sama dinas perikanan sekitar 4 bulan lalu. Kita sudah penanaman beberapa kali selama setahun ini," papar Dian.
Ribuan ikan yang mati itu merupakan ikan jenis mujair, gurame dan lain-lain dengan ukuran beragam.
"Hari ini ikan yang mati kebih banyak. Sekarang yang lebih banyak mati ikan mujair, kalau kemarin banyak ikan gurame. Wah kalau dikira-kira itu sudah ribuan yang mati. Ukurannya dari yang 3 jari sampai ada yang setengah kilo juga ada," sebut salah satu relawan lingkungan, Kurnia.
"Kita sama pihak Desa Cicadas, kemarin juga ada dari Pemkab Bogor ke lokasi. Masih telusuri dari mana asal limbahnya," tambah Dian.
(mud/mud)