Kasus baru COVID-19 di Jawa Barat dua hari berturut-turut menyalip DKI Jakarta dalam laporan harian Satgas COVID-19 Nasional. Pada Rabu (16/12/2020), angka kasus COVID-19 di Jabar bertambah 1.434 kasus, lebih banyak dari DKI Jakarta yang terlaporkan adanya 1.221 kasus baru.
Penambahan pada hari ini, merupakan lonjakan kasus kedua terbesar sepanjang pandemi Corona di Jabar. Pada 4 Desember, Satgas COVID-19 Nasional melaporkan penambahan kasus terbanyak di Jabar, yakni 1.648 kasus. Hingga Rabu, total kasus COVID-19 di Jabar mencapai angka 69.500 kasus.
Berdasarkan laman Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jabar (Pikobar), titik sebaran pasien aktif COVID-19 terbanyak berada di Kabupaten Bekasi dengan 973 pasien yang masih menjalani perawatan atau isolasi dalam satu pekan terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian disusul Kabupaten Karawang dengan selisih jumlah yang mencolok dibandingkan Kabupaten Bekasi, di Karawang terdapat 320 pasien aktif. Lalu diikuti Kota Bogor (314 pasien aktif), Kabupaten Cirebon (199 pasien aktif), Kota Bandung (170 pasien aktif) dan kabupaten/kota lainnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pernah menyorot soal ledakan angka kasus baru COVID-19, penambahan tersebut tidak terjadi dalam satu hari. Tetapi merupakan akumulasi data dari kasus lama yang baru terlaporkan di tingkat pusat.
"Memang ada isu-isu ya, seperti kemarin Jawa Barat 1.600-an kasus, padahal itu 1.000 kasusnya adalah kasus lama yang baru diumumkan kemarin, jadi bukan ledakan di satu hari. Hal-hal itu masih mengemuka dan terus minta kita sempurnakan pada pemerintah pusat," ujar Ridwan Kamil di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat 4 Desember.
Tonton video 'Tambah 6.725, Kasus Covid-19 di Indonesia Jadi 636.154':
Kang Emil --sapaan Ridwan-- mengakui masalah pelaporan data ini tak hanya dialami Jabar, tetapi Jawa Tengah pun mengalami nasib yang serupa. Terkadang data yang ditampilkan oleh pusat, provinsi dan daerah berbeda-beda, baik dari penambahan kasus baru hingga jumlah pasien aktif yang dirawat atau menjalani isolasi.
"Semua masalah data tidak hanya di Jabar, Jateng sama. Jadi menginput data positif itu harus dua kali, waktu daftar di-swab satu (kali), prosedur seharusnya kan tinggal otomatisasi positif/negatif, tapi di sistem all new record mewajibkan kita mengetik lagi, proses yang kedua ini tidak selalu otomatis. Saya saksikan di Depok, diunggah (upload) 100 mental, ada juga yang dilaporkan 100 lancar, tapi besoknya tidak diumumkan 100," tutur Emil.
"Poinnya kami mengetahui permasalahan itu. Hanya kan harus dua arah makanya kami tadi statement saya, satu hal kalau diminta apa yang menjadi aspirasi daerah, pengumuman data, input data, itu mudah-mudahan pemerintah pusat bisa menyempurnakan sistem server di all new record, saya kira itu," kata Emil.