Kasus baru COVID-19 di Jawa Barat (Jabar) kembali menyalip DKI Jakarta dalam laporan harian Satgas COVID-19 Nasional, Selasa (15/12/2020). Di Jabar terjadi penambahan sebanyak 1.256 kasus, disusul DKI Jakarta 1.117 kasus dan Jawa Tengah 764 kasus.
Angka kasus baru COVID-19 di Jabar dalam sepekan terakhir memang terbilang cukup tinggi, dengan rata-rata penambahan 900 - 1.000 kasus baru per harinya. Penambahan ini membuat total kasus terkonfirmasi COVID-19 di Jabar merangkak ke angka 68.066 kasus. Dari angka tersebut, 10.716 pasien masih menjalani perawatan atau isolasi, dan 56.270 di antaranya telah dinyatakan sembuh atau selesai diisolasi.
Selain itu, terdapat 1.080 orang meninggal dunia dengan keterangan terpapar COVID-19 di Jabar. Disitat dari laman Pikobar, angka kematian karena virus Corona paling banyak disumbangkan pria pada kelompok usia 50 - 59 tahun, yakni 203 kasus. Kemudian diikuti wanita dengan kelompok usia yang sama dengan 114 kasus kematian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan untuk kelompok umur penyumbang kasus kematian kedua terbanyak di Jabar, berasal dari kelompok usia 60 - 69 tahun dengan jumlah 149 kasus kematian. Begitu pun dengan perempuan dengan kelompok umur yang sama, yakni 114 kasus kematian.
Penambahan kasus COVID-19 di Jabar ini berdampak terhadap status zona merah, atau daerah dengan tingkat kerawanan penularan tinggi di Jabar. "Zona merah bertambah menjadi delapan daerah. Jadi ini kita harus waspada ya," ujar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat telekonferensi pers di Gedung Sate, Bandung, Senin (14/1).
Delapan daerah tersebut yakni Kabupaten Garut, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Kota Bandung, Kota Depok dan Kota Cimahi.
"Kabupaten Bekasi ada kenaikan signifikan dari zona kuning ke zona merah, KBB kembali zona merah, Kota Bandung masih zona merah, Kota Depok masih zona merah, Cimahi kembali zona merah," tutur Kang Emil, sapaannya.
"Oleh karena itu, kepada yang ada di zona merah untuk terus memperhatikan potensi yang akan terjadi apabila tidak diantisipasi," kata Emil menambahkan.
Dia menjelaskan terkait penambahan daerah-daerah zona merah termasuk daerah yang kembali masuk zona merah. Dari hasil kajian, menurut Emil, klaster keluarga saat ini tengah meningkat.
"Dari hasil kajian memang klaster keluarga ini sedang meningkat, itulah kenapa kita memperbanyak ruangan isolasi mandiri untuk menggeser mereka yang di rumah pindah ke ruangan isolasi mandiri, itu peningkatannya. Khusus kabupaten Bekasi, selalu masih berhubungan dengan naiknya klaster di industri kemudian lain-lain masih sama dengan sebelumnya," tutur Emil.
Jabar kerap menggunakan sistem zonasi dalam penentuan penyebaran. Namun demikian, Emil menjelaskan, sistem ini kurang sempurna.
"Kami akui bahwa sistem zonasi ini sedikit kurang sempurna karena kasus harian kami tercampur dengan kasus lama yang diumumkan pusat telat. Tapi karena datanya apa yang ada, saya hanya bisa menyampaikan bahwa tadi sembilan ribu kasus yang harian, empat ribunya adalah kasus lama, itu kan signifikan," ujar Emil.