150 Ribu Anak Telantar di Jawa Barat

Data Jawa Barat

150 Ribu Anak Telantar di Jawa Barat

Yudha Maulana - detikNews
Sabtu, 21 Nov 2020 17:08 WIB
Seorang anak gelandangan tidur beralaskan kardus di bawah Depo LRT Kepala Gading, Jakarta Utara, Kamis (28/6). Bocah tersebut tampak kelelahan.
Ilustrasi anak gelandangan. (Foto: Pradita Utama/detikcom)
Bandung -

Sekitar 150 ribu anak masuk dalam kategori telantar di Jawa Barat. Usia anak-anak yang telantar pun dari usia bayi hingga remaja. Rata-rata, anak telantar tersebut adalah korban dari ketidakharmonisan rumah tangga.

Mengacu kepada Data Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat (Dinsos Jabar) yang dipublikasi ulang BPS Jabar, tercatat 135,787 anak telantar di Jabar pada 2018. Dari data itu paling banyak anak telantar, ditemukan di Kabupaten Sukabumi dengan jumlah 61,239 anak.

Kemudian anak-anak telantar paling banyak kedua ditemukan di Kabupaten Indramayu, dengan jumlah 13,940 anak. Diikuti Kabupaten Bandung 7,628 anak dan Kabupaten Subang 7,134 anak. Sementara jumlah anak telantar paling sedikit terlaporkan di Kabupaten Pangandaran dan Kabupaten Garut dengan angka sekitar 70-an anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Kepala Rehabilitasi Sosial Dinsos Jabar Adun Abdullah Syafii mengatakan sebenarnya jumlah anak yang telantar di Jabar bisa mencapai 200 ribuan anak. Hal itu, disandingkan dengan perkembangan jumlah penduduk Jabar yang hampir menyentuh 50 juta orang, berikut bonus demografis kaum milenal yang akan mendominasi dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan.

"Karena anak (telantar) ini korban sebetulnya, dari ketidakharmonisan suami istri, korban dari perilaku kemaksiatan, kalau bisa saya bahasakan, yang memang ujung-ujungnya dampak dari kurang edukasi, baik itu secara agama atau pun medis. Nah, sehingga terjadilah seperti ini dan ini harus ada penanganan serius, dan pak gubernur memberikan contoh dengan mengangkat anak," ujar Adun saat dihubungi detikcom, Sabtu (21/11/2020).

Adun mengatakan anak-anak telantar tersebut kini masih berada di lingkungan keluarganya dan sebagian lainnya berada di dalam panti sosial swasta atau dibina pemerintah. "Yang di panti paling tidak sampai ke angka 20 ribu, dan panti milik pemerintah provinsi Jabar hanya ada empat, dengan kapasitas 100 orang per pantinya di Ciumbuleuit, Subang, Cisurupan dan Bogor," tuturnya.

Situasi pandemi COVID-19 pun, ujar Adun, berpeluang menambah jumlah anak telantar. "Untuk usianya, dari jenjang SD, bahkan bayi juga ada yang dibuang juga ya. Ya rata-rata umur 15 tahun ke bawah, karena permasalahannya juga meningkat karena masa pandemi ini," ucap Adun.

Oleh karena itu penanganan anak telantar perlu langkah strategis antara pemerintah, swasta dan masyarakat. "Inilah betapa bagaimana kolaborasi kita dinsos, perlu dukungan sarana dan prasarana untuk meningkatkan penanganan, rehabilitasi anak telantar ini. Sekarang mungkin 135 ribu, bahkan bisa mencapai 150 ribu dan 200 ribu (anak telantar)," ujar Adun.

"Memang panti itu bukan pilihan terbaik, sekarang kita harus mengedepankan peran Disdik, DP3AKB, Kemenag, dan pihak-pihak lainnya. Kita juga punya pelayanan kesejahteraan anak sosial terpadu, dan itu wajib ada di setiap kabupaten/kota, sekarang di Jabar baru terbentuk delapan," ucap Adun menambahkan.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads