Berbagai cara dilakukan pasangan calon yang bertarung di Pilbup Sukabumi untuk meraih simpati masyarakat. Seperti yang dilakukan pasangan nomor urut 3 Abu Bakar Sidik dan Sirojudin.
Pasangan yang diusung PDIP, PKB dan PPP itu selain menyebar visi misi juga menyebar tawaran kartu untuk kalangan guru ngaji, petani, nelayan dan kelompok wirausaha.
"Kita menawarkan program-program yang menjadi acuan kita, di antaranya yang kita andalkan kartu guru ngaji. Jadi pemegang kartu yaitu guru ngaji yang selama ini tidak terperhatikan oleh siapapun itu akan mendapatkan insentif. Kita anggarkan Rp 100 miliar per tahun untuk guru ngaji," kata Cabup nomor urut 3 Abu Bakar melalui sambungan telepon, Senin (5/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain kartu guru ngaji, mereka juga menyasar petani-nelayan dan kelompok wirausaha. Nilai kartu sebagai insentif itu nantinya bisa dimanfaatkan oleh warga ketika mereka menjabat sebagai bupati-wakil bupati terpilih.
"Itu sama penganggarannya, rata-rata Rp 100 miliar kurang lebih. Itu bagian kontrak politik kami dengan PKB dan di desain oleh DPW PKB Jabar. Bedanya alokasi anggaran disesuaikan dengan kemampuan APBD kita. Yakin nantinya bisa tercover dari APBD semuanya," lanjutnya.
Untuk wilayah pendidikan lainnya untuk Diniyah Takmiliyah, Abu Bakar akan memberikan BOS jadi tidak berupa insentif kepada gurunya tapi lebih kepada dengan jumlah murid yang menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan tersebut.
"Nanti itu kan hubungannya dengan lembaga, maka ada sistem bantuan ke diniyah guru ngaji kan milik pribadi bukan terorganisir seperti lembaga dan sekolah. Pesantren dan madrasah kita fasilitasi sarana prasarana karena itu yang mereka butuhkan," jelasnya.
Untuk pendekatan selama masa kampanye, Abu Bakar menegaku mendekati tokoh-tokoh hingga ke tingkat RT. Namun karena adanya aturan soal Protokol Kesehatan selama masa pandemi COVID-19 ia lebih memilih mengumpulkan massa di bawah 50 orang.
"Simpul pendukung yang didekati, kami umum, yang menggerakan para tokoh mulai RT dan tokoh agama, yang hadirnya macam-macam bukan komunitas agama saja. Kalangan milenial itu urusan pak wakil saja, komunikasi dengan wakil kami berbagi tugas," ujarnya.
(sya/mso)