Kata LAPAN dan Astronom soal 'Benda Misterius' di Langit Subang-Purwakarta

Kata LAPAN dan Astronom soal 'Benda Misterius' di Langit Subang-Purwakarta

Siti Fatimah - detikNews
Kamis, 01 Okt 2020 15:20 WIB
Father and his daughter are watching Meteor Shower. Night sky.
Ilustrasi melihat hujan meteor perseid (Foto: iStock)
Bandung -

Penampakan 'benda misterius' meluncur di langit Subang-Purwakarta, Jawa Barat, sempat ramai diperbincangkan warganet. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan astronom Institut Teknologi Bandung (ITB) buka suara soal informasi tersebut.

Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan pihaknya belum mendapatkan laporan terkait kejadian tersebut hingga Kamis (1/10/2020) siang ini. Namun, dia menegaskan, tidak menutup kemungkinan dugaan meteor yang melintas di langit Purwakarta-Subang itu.

"Saya belum dapat laporan. Kemungkinan bisa saja terjadi," kata Thomas dalam pesan singkatnya kepada detikcom.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, keterbatasan laporan hanya bentuk lisan cukup menyulitkan untuk dikonfirmasi. "Sekadar laporan lisan sulit dikonfirmasi. Laporan dengan foto atau video bisa dianalisis kemungkinan objeknya," kata Thomas.

Warga yang melihat 'benda misterius' di langit itu menyebutkan cahaya merah meluncur cepat dari atas ke bawah dengan durasi sekitar 5 hingga 10 detik. Cahaya itu pecah menjadi dua keping, kemudian menghilang.

ADVERTISEMENT

Lihat juga video 'Heboh Benda Misterius di Langit Solo, Ternyata Balon Udara':

[Gambas:Video 20detik]



Ahli Astronomi ITB Hakim L Malasan menuturkan, soal durasi cahaya yang melintas sekitar 5-10 detik kemudian terbelah menjadi dua dan menghilang di angkasa, besar kemungkinan meteor.

"Kalau itu benar untuk durasi segitu, sepertinya meteor dan masuk kategori fireball (meteor yang meledak di angkasa dan habis badannya)," kata Hakim.

Menurutnya, kejadian tersebut sangat jarang terjadi. Tapi, meski jarang, Hakim menjelaskan, hal tersebut tidak masuk kategori kejadian luar biasa. Ia menuturkan fireball itu biasanya disebabkan ukuran dan kandungan meteoroidnya.

"Kalau dominan batuan dan ukuran cukup besar, maka ketika masuk atmosfer dengan kecepatan tinggi, panas karena gesekan dan pada titik 2.000C (derajat Celsius) akan meledak," ujarnya.

Jika masyarakat melihat kejadian serupa, dia mengimbau agar lebih waspada. "Kalau-kalau ada sisa meteoroid yang terhempas ke bumi, walau kemungkinan kecil karena habis terbakar di atmosfer," ucap Hakim.

Halaman 2 dari 2
(bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads