Mesin pencarian Google langsung mengarah ke Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya saat mencari kata kunci 'bupati marah-marah'. Informasi soal aksinya mencak-mencak, berderet mulai marah soal sampah, ke supir truk, dan terakhir saat paripurna DPRD.
Pengamat politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Leo Agustino menjelaskan apa kira-kira yang membuat bupati perempuan ini jadi sering viral karena aksi marahnya. Serta latar belakang apa yang menjadikan bupati ini identik dengan hal tersebut.
Secara konseptual menurutnya, tingkah laku seorang pemimpin dan gaya kepemimpinannya dilatarbelakangi oleh pendidikan keluarga, pendidikan formal, dan kebiasaan yang umum yang ia geluti. Seorang yang memiliki latar belakang pemerintahan, atau sebut saja birokrat, tentunya mempertimbangkan tata krama umum di pemerintahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan, seorang yang dilatarbelakangi oleh pendidikan, semakin tinggi pendidikannya, ia akan semakin bijak. Meskipun belakangan seorang yang berpendidikan tidak menjamin berperilaku bijak.
Menurutnya, karakter kepemimpinan Iti yang ekspresif, justru banyak dilatarbelakangi oleh sosok penguasa yang ada dalam pribadi bapaknya Mulyadi Jayabaya yang juga pernah memimpin Lebak. Selain dikenal mantan penguasa, sosok itu pun dikenal sebagai sebutan jawara.
"Nah, latar belakang ini menjadi latar ibu Iti sebetulnya. Kalau misalkan lihat dari variable latar belakang keluarga, kita maklum karena beliau dibesarkan penguasa ayahnya, pemimpin punya kuasa di Lebak dan paling pentingnya ayahnya jawara. Paling tidak kejawaraan terinternalisasi ke dia," kata Leo saat berbincang dengan detikcom, Serang, Rabu (9/9/2020).
Di proses kepemimpinan, Iti juga berhadapan dengan kultur masyarakat Banten selatan yang tidak bisa dihadapi dengan model kepemimpinan Jawa yang menampilkan kesantunan. Ia berhadapan dengan kultur jawara yang juga melekat di masyarakat Lebak.
"Kultur masyarakat Banten agak jawara harus diimbangi pemimpin seperti itu. Tapi bagi masyarakat kita, umumnya pemimpin jauh lebih bijak mengayomi," tambahnya.
Gaya yang ditampilkan Iti juga dianggap bukan gimmick. Dari beberapa momen, itu ia anggap sebagai spontanitas. Reaksi ini tentunya bisa berimplikasi pada penilaian publik baik itu positif maupun negatif.
Gaya yang ditampilkan ini pun mirip seperti yang pernah dilakukan oleh Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok meskipun tidak sama. Iti ia nilai melakukan imitasi kepribadian dari bapaknya Jayabaya yang waktu itu dinilai berhasil mengangkat Lebak lebih maju dibanding Pandeglang. Karena dua daerah ini selalu dikenal sebagai dua daerah tertinggal di Banten.
"Propses imitasi bapaknya menjadi karakter beliau. Kenapa diimitasi karena dia menilai bapaknya berhasil memajukan Lebak. Karena kemajuan Lebak pesat di masa Jayabaya sehingga Pandeglang bisa disusul," pungkasnya.