Ilmuwan menemukan mutasi virus Corona, salah satu yang telah teridentifikasi belakangan ini adalah D614G yang diklaim berpotensi 10 kali lebih menular. Kemudian, Pakar Biomolekuler Universitas Airlangga (Unair) juga menemukan adanya mutasi virus corona lain yang jarang ditemui, yakni tipe Q677H.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meyakini virus Corona ini berbeda-beda. Termasuk berbeda dalam kadar penularannya.
"Saya memercayai bahwa virus ini beda-beda cc-nya, ada yang cc-nya sedang. cc-nya besar, kenapa ? contoh kita mengetes 220.000 ribu PCR. Di Jawa Timur kalau data dari data yang saya baca kan 180 ribuan, tapi kan kasusnya lebih banyak di Jawa Timur, padahal pengetesan kita banyak," ujar Ridwan Kamil di Gedung Pakuan, Selasa (1/9) sore.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Artinya jangan-jangan di sana itu virusnya, tipenya yang lebih ganas begitu kan," ujar pria yang akrab disapa Kang Emil itu melanjutkan.
Menurutnya, virus merupakan organisme yang kerap bermutasi sehingga melahirkan jenis-jenis yang berbeda. Sebab itu, menurut Emil, metode penanganan virus pun harus lebih diperhatikan. Ia mengajak
"Nah inilah pentingnya ilmu ini, berlomba-lomba dengan solusinya. Kalau hanya menyampaikan temuan-temuan variasnya ya okelah, tapi kira-kira ada enggak cara-cara juga menanganinya dengan temuan itu?" katanya.
Saat ini, ucap Kang Emil, alat pertahanan yang saat ini sedang dikebut pengerjaannya adalah vaksin. "Ini adalah alat pertahanan yang paling ada, di luar itu kita enggak tahu lagi mau pakai apa," ujar Emil.
Pakar Biomolekular Universitas Airlangga (Unair) Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengklaim mutasi ini baru ada di Surabaya. "Ada dua mutan yang berdekatan dan dari peta sebaran di Indonesia, satu-satunya baru di Surabaya," ungkap Ni Nyoman yang juga Wakil Rektor I Unair kepada detikcom, Minggu (30/8/2020).
Mutan ini, ia melanjutkan, posisinya dekat dengan pemotongan purin (enzim protease yang dimiliki sel inang dalam hal ini manusia, tepatnya di sel paru-paru). Mutan tersebut ada bersama-sama dengan mutan D614G.
Dari analisis pendahuluan, mutan baru ini membantu energi antara purin dan spike semakin tinggi. Artinya, purin akan meningkat kemampuannya untuk lebih baik.
Dalam waktu dekat bila analisis telah selesai, Ni Nyoman akan merilis temuannya itu ke dalam jurnal internasional karena temuan ini baru satu-satunya di Surabaya. "Ini menarik apakah dua mutan ini berpengaruh tak cuma ke tingkat kecepatan penyebarannya tapi juga hal lainnya," papar Ni Nyoman.