Tolak Penobatan Sultan Sepuh XV, Ratusan Santri Datangi Keraton Cirebon

Tolak Penobatan Sultan Sepuh XV, Ratusan Santri Datangi Keraton Cirebon

Sudirman Wawad - detikNews
Minggu, 30 Agu 2020 14:22 WIB
Ratusan santri datangi Keraton Kasepuhan Cirebon.
Sejumlah santri datangi Keraton Kasepuhan Cirebon (Foto: Sudirman Wawad/detikcom).
Cirebon -

Ratusan santri yang tergabung dalam Forum Silahturahmi Dzuriyah Sunan Gunung Jati mendatangi Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, menjelang penobatan Sultan XV Keraton Kasepuhan. Massa santri menolak penobatan PRA Luqman Zulkaedin menjadi Sultan Sepuh XV.

Massa santri itu mengaku berasal dari sejumlah pondok pesantren (ponpes) yang ada di Wilayah III Cirebon. Jubir Forum Silahturahmi Dzuriyah Sunan Gunung Jati Ide Bagus Arief Setiawan mengatakan perlu adanya pelurusan sejarah.

"Sejarah harus diluruskan, agar kita semua dapat menjaga peninggalan dan warisan dari Kanjeng Sinuhun Sunan Gunung Jati untuk merawat tatanan adat Kota Cirebon," kata Bagus kepada awak media di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Kota Cirebon, Jawa Barat, Minggu (30/8/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagus yang juga karib disapa Ibas itu mengatakan sudah banyak sejarawan dan budayawan yang membicarakan 'sejarah peteng'. Peteng memiliki makna gelap, bisa dibilang sejarah yang disembunyikan tentang kekuasaan kesultanan di Cirebon. Ia menilai sejauh sumber dan fakta sejarah telah terungkap tentang hal tersebut.

"Sejerah peteng ini, bagian dari kudeta politik yang kemudian diteruskan dari generasi ke generasi, yang kurang lebih selama sembilan selama masa kepemimpinan sembilan sultan. Kita harus luruskan, jadi yang berhak atas Keraton Kasepuhan adalah mereka yang merupakan trah sekaligus zuriah Sunan Gunung Jati," kata Ibas.

ADVERTISEMENT

Sekadar diketahui, acara jumenengan itu dilakukan setelah tahlilan 40 hari wafatnya Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat. Ibas meminta acara tahlilan Arief tak harus dinodai dengan adanya penobatan sultan.

"Jadi, tahlil dan kirim doa saja. Jangan dicampur atau ditunggangi dengan agenda penobatan," katanya.

Menurut Ibas, harusnya keluarga Kesultanan Kasepuhan Cirebon bermusyawarah dengan ulama, kiai dan ponpes. "Banyak kiai, zuriah dan ulama yang menolak penobatan," katanya.

Sekadar diketahui, saat ini sejumlah warga dan keluarga Keraton Kasepuhan sudah berkumpul untuk menggelar prosesi jumenengan. Di sisi lain, sejumlah pihak yang menolak Luqman menjadi sultan pun berbondong-bondong datang ke keraton. Mereka masih berada di luar keraton. Sejumlah personel kepolisian disiagakan. Berjaga mengantisipasi adanya hal yang tidak diinginkan.

Sebelumnya, Wargi Keraton Kasepuhan Cirebon Pangeran Chaidir Susilaningrat mengaku telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian. "Kita sudah antisipasi. Saya rasa aparat keamanan sangat profesional tentang hal ini. (Adanya penolakan) itu pendapat mereka," kata Chaidir kepada awak media di Taman Air Goa Sunyaragi Kota Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (29/8/2020).

Chaidir menerangkan jumenengan akan digelar besok bersamaan dengan doa bersama dan tahlil 40 hari wafatnya Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat. Chaidir mengaku telah mengundang sejumlah pejabat, termasuk Gubernur Jabar Ridwan Kamil.

(mso/mso)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads