Polemik Keberadaan Din Syamsuddin di MWA ITB

Round-Up

Polemik Keberadaan Din Syamsuddin di MWA ITB

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 30 Agu 2020 09:08 WIB
Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang digagas sejumlah tokoh dan aktivis seperti Din Syamsuddin, Gatot Nurmantyo, Syahganda Nainggolan, dan M Jumhur Hidayat, mengajak masyarakat untuk menghadiri acara deklarasi yang akan digelar pada Selasa, 18 Agustus 2020 di Lapangan Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat.
Din Syamsuddin (Foto: Grandyos Zafna/detikcom).
Bandung -

Keberadaan Din Syamsuddin di MWA ITB kini tengah menjadi sorotan. Hal itu terjadi setelah muncul desakan dari sejumlah alumni ITB yang meminta Din Syamsuddin dicopot sebagai anggota MWA ITB karena terlibat dalam Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

2.065 alumni ITB yang tergabung dalam Gerakan Anti Radikalisme (GAR) menilai keterlibatan Din Syamsuddin dalam gerakan KAMI tidak bisa dibenarkan. Mereka menganggap apa yang dilakukan Din Syamsuddin adalah perwujudan dari sikap yang selalu menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maupun Pemerintah Republik Indonesia yang sah.

"Sedikit banyak ada pengaruhnya mbak. Deklarasi KAMI hanya semakin menguatkan alasan kami untuk minta supaya Pak Din diberhentikan dari MWA. Karena semakin terbukti bahwa sikapnya yang menentang pemerintahan NKRI," kata Juru Bicara GAR Alumni ITB Shinta Madesari saat dikonfirmasi detikcom, Selasa (26/8) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Shinta mengatakan, Ketua MWA pernah menyatakan bahwa Din Syamsuddin sudah mengundurkan diri. Namun ternyata, Din Syamsuddin masih diikutsertakan dalam kegiatan MWA ITB seperti dalam kegiatan peringatan 100 tahun ITB pada 3 Juli 2020 lalu.

"Ketua MWA harus memberikan klarifikasi resmi mengenai hal ini. Jangan hanya bicara bahwa Pak Din mengundurkan diri, tetapi kenyataannya beliau masih dipertahankan di MWA ITB. Pengunduran dirinya tidak pernah dibahas secara tegas di MWA dan tidak pernah ada penjelasan secara resmi status Pak Din di MWA," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, alumni ITB yang mengatasnamakan Keluarga Alumni Penegak Pancasila Anti Komunis (KAPPAK) menyikapi tindakan sebagian alumni yang menginginkan pencopotan Din Syamsuddin dari MWA ITB.

Lihat juga video 'Din Syamsuddin: Sangat Mungkin Ada yang Gembosi KAMI':

[Gambas:Video 20detik]



Perwakilan Presidium KAPPAK Erry Nirbaya yang merupakan alumni ITB 76 menegaskan,pemilihan anggota MWA dipilih oleh Senat Akademik ITB. Menurutnya, sikap Din Syamsuddin yang berfikir kritis merupakan kebebasan pendapat yang dilindungi Undang-Undang Dasar 1945.

"Negara ini negara hukum, segala sesuatunya harus diproses sesuai hukum," kata Erry saat dihubungi detikcom, Rabu (26/8) lalu.

Soal keikutsertaan Din Syamsuddin dalam deklarasi KAMI, dia berpendapat dengan seloroh. "Pemerintah juga tenang-tenang aja kok menyikapi pendapat Prof Din. Perbedaan pendapat di lingkungan ITB merupakan hal biasa. Enggak masalah," ucapnya.

Ketua MWA ITB Yani Panigoro mengungkapkan Din Syamsuddin sudah mengundurkan diri sebagai anggota MWA. Namun, Yani tidak menyampaikan detail waktu dan proses pengunduran Din Syamsuddin sebagai anggota MWA tersebut.

"Dari MWA sudah mengundurkan diri dan sudah left," ujar Yani lewat pesan singkat kepada detikcom, Kamis (27/8) lalu.

Sementara itu, Din Syamsuddin membantah dirinya telah mundur sebagai anggota MWA ITB. Menurutnya, keanggotaan MWA ditentukan Senat Akademik dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Sebab, surat keputusan (SK) dikeluarkan Mendikbud.

"Yang menentukan hal demikian adalah Senat Akademik ITB dan Mendikbud (SK dikeluarkan oleh Mendikbud)," ujar Din lewat pesan singkat, Sabtu (29/8).

Dia mengatakan saat ini masih ada di dalam MWA ITB. Din mengatakan tidak ada surat pemberhentian dari pihak Senat Akademik ITB ataupun Mendikbud Nadiem Makarim."Ya (masih di MWA) selama tidak ada pemberhentian dari Senat Akademik dan Mendikbud," ujar dia.

Halaman 2 dari 2
(wip/mso)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads