Andhin Saputri, balita cantik dari pasangan Dadan kardani (50) dan Yuli Istiana (26) terbaring lemah di rumah kontrakannya di Lingkungan Palasari, Rt 01/14, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Sumedang Selatan akibat menderita penyakit hidrosefalus.
Andhin harus menerima rasa sakit yang dideritanya semenjak 5 bulan di dalam kandungan yang disebabkan benturan akibat sang ibu terjatuh.
Pada usianya yang masih satu tahun ini, ia harus berjuang melawan rasa sakit akibat selang yang tertancap di dalam kepalanya. Selang panjang yang ada di dalam kepalanya itu terlihat menjalar hingga ke dalam tubuhnya yang mungil untuk menyalurkan cairan di dalam otak ke dalam tubuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sang ibu, Yuli Istiana mengatakan pada saat berobat ke RSUD Sumedang, sang dokter sudah menyarankan untuk tidak melanjutkan kandungannya karena kondisi kondisi kepala Andhin saat itu sudah mengalami kelainan.
"Waktu saya hamil 5 bulan jatuh di sungai, kemudian dicek ke rumah sakit buat di USG, terus kata dokter kepala anak saya retak mending jangan diteruskan tapi karena suami enggak mau jadi dilanjutin," kata Yuli saat ditemui di rumah kontrakannya.
Yuli menyebutkan, saat lahir bobot Andhin seberat 3 Kilogram, dan lahir dalam keadaan normal. Namun setelah menginjak usia satu tahun berat badan Andhin hanya 5 Kilogram, hal itu Karena otaknya tidak berkembang.
"Waktu usia 6 bulan Andhin dioperasi pemasangan selang untuk mengalirkan cairan di kepala ke tubuhnya, setelah itu ukuran kepalanya memang sedikit mengecil, tapi tubuhnya juga tetap kecil enggak berkembang," katanya.
Semenjak operasi tersebut, kata Yuli, Andhin jadi harus kontrol ke RSUD Sumedang selama satu bula sekali. Menurutnya, untuk biaya kontrol dirinya harus mengeluarkan uang sebanyak kurang lebih RP 300 ribu dengan rincian Rp 100 ribu untuk daftar, 200 ribu untuk obat.
"Untuk berobat saya kadang pakai Jamkesda, saran orang-orang pakai itu karena saya enggak punya BPJS," ucap Yuli.
Menurut Yuli, biaya pengobatan Andhin dinilai sangat sangat mahal, pasalnya untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah pas-pasan karena sang suami bekerja sebagai buruh harian.
Yuli mengaku, dirinya merupakan warga asal Brebes, Jawa Tengah, sedangkan suami, Dadan merupakan warga asal Kecamatan Jatinangor. Sehingga cukup sulit untuk mendapatkan bantuan pemerintah. Padahal tempat tinggal dirinya saat ini tepat disamping Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sumedang.
"Belum pernah dapat bantuan, kalau kata RT alasannya karena saya bukan warga sini, jadi tidak bisa bantu," katanya.
Yuli berharap ada bantuan dari para dermawan untuk biaya pengobatan anak kesayangannya itu, maka dirinya saat ini menggalang donasi untuk biaya pengobatan Andhin melalui media sosial.