Penunggakan retribusi pedagang tak hanya terjadi di 37 pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Kota Bandung, melainkan juga di Pasar Baru. Bahkan, dibanding pemasukan masih banyak pengeluaran.
Alasan penunggakan, para pedagang di Pasar Baru Bandung bervariatif, salah satunya pendapatan yang belum normal karena imbas pandemi COVID-19.
"Banyak, kemarin ada pertemuan tiga asosiasi Pasar Baru mereka menyampaikannya pengunjung belum normal dan masih sepi," kata Dirut PD Pasar Herry Heryawan di Balai Kota Bandung, Selasa (18/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harry menyebut pedagang Pasar Baru sangat mengandalkan pembeli dari luar negeri. Salah satunya, pembeli dari Asia Tenggara.
"Mungkin demikian terjadi, Pasar Baru kan sangat mengandalkan pembeli dari Malaysia, Brunei (pokoknya dari) luar. Sekarang belum ada mereka (pembeli dari Asia Tenggara)," jelas dia.
Seperti diketahui, Pasar Baru mengandalkan penjualan fashion, sehingga belum banyak pembeli yang datang ke Pasar Baru.
"Memang kalau kita lihat di Pasar Baru selama ini mengandalkan penjualan fashion, yang lebih baik mengarah (kunjungan) ke pasar tradisional meski dari sisi belanja online turun, tapi sisi offline naik," ungkapnya.
"Pasar Baru sama sekali belum ramai," tambahnya.
Selama dibuka, di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) pendapatan retribusi pedagang baru mencapai 20 persen.
"Pasar baru per bulannya kalau normal bisa mencapai Rp 1 miliar (lebih), sekarang baru Rp 200-300 juta, sekitar 20 persen (pemasukan), kita cukup prihatin," tuturnya.
Menurutnya, lebih banyak pengeluaran dibandingkan pemasukan. Bahkan untuk listrik di Pasar Baru mencapai Rp 900 juta.
"Hampir Rp 900 juta. Kita bilang ke PLN untuk minta penangguhan, supaya disetujui (oleh) mereka (karena pemasukan belum normal)," pungkasnya.
Seperti diketahui, selain retribusi pedagang PD Pasar juga memiliki 22 pos pemasukan lain, di antaranya parkir, toilet, reklame dan lainnya.
Tonton juga video 'Jokowi Targetkan Ekonomi Tumbuh 5,5%, Erick: Kita Punya Modal Kuat!':