Bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-75, sekitar 100 ekor anak penyu atau tukik dilepasliarkan ke alam bebas. Seratus tukik dilepasliarkan oleh komunitas pelestari penyu di sekitar pantai Batu Hiu Pangandaran, Senin (17/8/2020) sore.
"Ini adalah cara kami untuk memeriahkan hari kemerdekaan," kata Giwangsari, pengelola penangkaran penyu di pantai Batu Hiu. Dia menjelaskan penyu yang dilepasliarkan berusia sekitar 1 bulan.
Anak penyu itu didapat dari proses penetasan telur-telur yang didapat dari pinggiran pantai Batu Hiu sampai ke pantai Batukaras. "Telur-telurnya didapat dari pantai. Ada warga yang sukarela menyerahkan kepada kami. Ada pula yang harus kami ganti ongkos," kata Giwangsari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan saat ini populasi penyu di perairan Pangandaran terus menipis karena banyaknya penyu yang mati akibat tersangkut jaring nelayan. Sementara upaya pelestarian sangat minim.
"Penyu itu binatang lemah. Yang sekarang dilepasliarkan saja, yang berhasil tumbuh dewasa diprediksi sangat minim. Penelitian ahli hanya 1 persen saja yang bisa tumbuh dewasa. Itu karena dia lemah dan banyak predator," kata Giwang.
Untuk itu dia mengajak seluruh masyarakat Pangandaran bisa ikut andil melestarikan penyu yang hampir punah. Di antaranya dengan cara tidak membunuh penyu dan menjaga telur penyu.
"Kami juga memiliki mimpi untuk mengembangkan tempat penangkaran ini agar lebih bagus sehingga menopang konservasi dan mendongkrak daya tarik wisata pantai Batu Hiu," kata Giwang.
Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata yang juga ikut melepasliarkan anak penyu menyatakan apresiasinya. Dia berharap melalui kegiatan tersebut"Ya mudah-mudahan ke depan kami Pemkab Pangandaran bisa lebih maksimal mendorong pelestarian penyu termasuk menjadikan sebagai potensi wisata edukasi," kata Jeje.
Jeje berjanji untuk memfasilitasi pengembangan penangkaran penyu ini. "Silahkan para pegiat cari referensi atau kalau kalau perlu studi banding. Mari kita bersama-sama mengembangkan potensi ini," kata Jeje.
(mso/mso)