Fenomena kematian ikan secara massal di Sungai Citarum, wilayah Karawang, Jabar disinyalir akibat air tercemar. Peneliti dari Ecological Observation and Wetland Conservation (Ecoton) menduga ikan tewas secara tak wajar karena air berbau dan berubah warna.
"Jika ikan mati di air berbau dan berubah warna patut diduga terjadi pencemaran," kata Riska Darmawanti, peneliti Ecoton kepada detikcom melalui telepon, Senin (3/8/2020).
Riska menuturkan, terdapat dua kemungkinan ikan-ikan tersebut mati. Pertama, karena air sungai mengandung limbah beracun sehingga ikan shock. "Racun atau panas ini yang membuat ikan shock stres lalu mati," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemungkinan lainnya, lanjut Riska karena berkurangnya kadar oksigen dalam air akibat proses purifikasi atau pemurnian limbah oleh bakteri di dalam sungai.
Riska menuturkan, saat sungai tercemar, secara natural bakteri di dalam air akan berupaya menetralkan limbah. Namun, dalam kondisi tertentu, beban sungai bisa terlalu berat melawan limbah. Biasanya, kata dia jika terjadi pencemaran saat air sedang surut.
"Ketika limbah masuk (ke sungai), otomatis oksigen dan bakteri berusaha menguraikan limbah. Nah, bakteri juga butuh oksigen untuk bekerja," ujar Riska.
Bakteri yang bekerja keras menetralkan pencemaran ini, kata Riska membutuhkan oksigen terlarut dalam air. Alhasil, kadar oksigen dalam air bakal merosot drastis jika proses pemurnian alamiah itu sedang berlangsung.
"Jika terlalu berat, oksigen dalam air bisa habis mencapai 0 mg/l. Itu yang disebut zona mati, karena mayoritas organisme atau makhluk air tidak bisa hidup tanpa oksigen," ujar perempuan yang dijuluki detektif sungai itu.
Maka dampaknya, ujar Riska, makhluk hidup termasuk ikan yang tinggal di air sungai bakal kekurangan oksigen. "Ada kemungkinan ikan-ikan mati karena kekurangan oksigen dalam air akibat proses pemurnian limbah oleh bakteri," Riska menjelaskan.
Riska juga menduga, jika pencemaran yang terjadi di sebagian wilayah Citarum itu tergolong berat. Sebab, volume air Citarum sedang surut dan warna juga baunya berubah tak wajar.
"Sapu sapu itu salah satu ikan yang tahan dengan oksigen rendah. Umumnya ikan butuh oksigen minimal 2 mg/l, kalau sapu sapu sampai mati berarti kemungkinan oksigen mencapai nol," ujar peneliti lembaga kajian ekologi dan konservasi lahan basah itu.
Sudah tiga hari, isu pencemaran di sungai Citarum menyeruak. Sebab air dan warna Citarum berubah tak wajar. Pantauan detikcom warga di bantaran sungai juga banyak menemukan ikan mati mengapung di Citarum. Termasuk ikan sapu sapu yang dikenal kuat.
(mud/mud)