Disdik Jabar menanggapi aksi Kepala Sekolah SMKN 1 Garut Dadang Johar yang membawa sepucuk pistol baretta di saku celananya. Apa reaksinya?
"Kalau soal membawa senjata saya pribadi tidak setuju, tapi dimana posisi yang bersangkutan membawa senjatanya, dia merasa terintimidasi atau tidak ketika itu, itu yang harus kami klarifikasi," kata Kadisdik Jabar Dewi Sartika saat dikonfirmasi detikcom, Selasa (9/6/2020) malam.
Insiden tersebut buntut dari penggunaan bangunan eks Toserba Patroit, yang terletak di kawasan Simpang Lima, Garut, yang kini diperebutkan SMKN 1 Garut dan organisasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Garut. Kejadiannya berlangsung Jumat (5/6).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disdik Jabar akan mencoba menengahi kasus ini. "Besok (9/6) kita akan kumpulkan BPKAD provinsi sebagai pengelola aset, kemudian juga dengan instansi terkait di Garut," kata Dewi.
"Kalau kepala sekolah bawa pistol di lingkungan sekolah saya tidak setuju. Tapi kenapa dia sampai bawa itu yang harus saya tanya, dia pakai atau tidak. Diacung-acungkan atau tidak, info yang saya terima kan tidak. Ini yang harus saya klarifikasi ke dia," ucap Dewi menambahkan.
Kepada penyidik, Dadang menjelaskan kronologi saat mengantongi pistol selagi diskusi dengan pihak Kadin. Ia mengungkap alasannya.
"Saksi menjelaskan bahwa pada saat itu merasa diancam dan diintimidasi oleh massa yang berjumlah kurang-lebih 100 orang," kata Kasubbag Humas Polres Garut Ipda Muslih Hidayat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (9/6/2020).
Karena merasa terancam dan diintimidasi saat diskusi dengan sejumlah orang, menurut Muslih, Dadang kemudian kembali ke mobilnya dan mengambil pistol. "Setelah itu, saksi masuk ke dalam mobil dan senjata tersebut disimpan di dalam saku celana sebelah kanan saksi," kata Muslih.
"Saksi (Dadang) menjelaskan bahwa senjata dan amunisinya yang dibawa tersebut setiap hari berada di mobil saksi," kata Muslih menambahkan.
Menanggapi hal tersebut, pengurus Kadin Garut Galih Qurbany membantah adanya ancaman dan intimidasi yang dilakukan pihaknya yang saat itu berdebat dengan Dadang. Galih menegaskan tidak ada intimidasi yang dilakukan anggotanya saat kejadian berlangsung.
"Justru yang aneh Pak Dadang sebagai kepala sekolah membawa senjata api. Yang anarkis itu sebenarnya siapa? Kenapa dia membawa senjata api yang bisa memicu keributan dan anarkis?" kata Galih.