"Total PDP ada 64 pasien, 21 di antaranya meninggal dunia. 15 pasien sudah pengawasan, dan 28 lainnya masih pengawasan," kata juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Indramayu Deden Bonni Koswara dalam keterangan yang diterima detikcom, Rabu (22/4/2020).
Dalam beberapa hari, kasus PDP yang meninggal di Indramayu mengalami lonjakan. Dari data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Indramayu, pada 15 April lalu, jumlah PDP yang meninggal mencapai 13 pasien. Kemudian, pada 15 April PDP yang meninggal bertambah menjadi 15 pasien. Sementara data yang dirilis pada hari ini menyebutkan sebanyak 21 PDP meninggal.
Deden menyebutkan lonjakan PDP yang meninggal dunia itu salah satu faktornya tak sedikit pasien atau keluarga pasien berbohong saat menjalani perawatan. Selain itu, lanjut dia, banyak pasien yang dirawat setelah kondisinya kritis.
"Karena baik pasien dan keluarga juga banyak yang bohong, atau tidak terbuka. Kemudian, pas parah (kritis) dibawa ke rumah sakit. Atau, dia tidak bilang memiliki riwayat berpergian atau kontak erat dengan pemudik," kata Deden yang juga menjabat sebagai Kepala Dinkes Indramayu.
Deden juga mengaku tengah berupaya untuk mengadakan VTM (virus transport media) yang bersumber dari APBD. "Barangnya sulit didapat. Kita juga melatih tenaga medis di 11 rumah sakit untuk uji swab," katanya.
Dikatakan Deden, pelatihan uji swab bagi tenaga medis dan pengadaan VTM salah satu upaya untuk memutus mata rantai virus corona.
Sebelumnya, Deden mengaku pihaknya telah mengambil spesimen melalui uji swab terhadap sejumlah PDP meninggal. "Ada yang sempat di-swab. Tapi ada yang belum, karena pasien sudah mengalami kondisi buruk saat masuk RS. Hasilnya belum keluar," ujar Deden.
(mso/mso)