Di hari yang sulit itu, ia tidak bisa memeluk kedua anaknya. Mereka harus melakukan isolasi mandiri dan menjarak peluk setelah suaminya meninggal dunia dengan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP) COVID-19.
Suaminya merupakan mantan dosen luar biasa di Telkom University (Tel-U). Ia meninggal ketika dalam perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al-Ihsan Baleendah, Kabupaten Bandung dua pekan lalu (28/3/2020).
Jenazahnya diurus sesuai dengan protokol pemakaman pasien COVID-19 dan dimakamkan di Sumedang. Ia dan suaminya memiliki riwayat pergi ke Inggris dan baru pulang pada 16 Maret 2020. Detikcom mendapatkan izin keluarga untuk mengutip cerita yang diunggah di akun facebook pribadinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mas," sapa ia pada anak lelakinya yang berusia tujuh tahun usai pulang dari rumah sakit. "Mas harus jadi anak yatim yang soleh, mendoakan papa, hafidz quran ya sayang, jaga adik-adik." Anaknya hanya mengangguk, tanda mengerti.
Ia tidak bisa ikut mengantar jenazah suaminya hingga ke tempat peristirahatan terakhir. Karena harus mengikuti protokol yang telah diberlakukan rumah sakit. Jenazah suaminya tidak dimandikan melainkan tayamum, ditutup kain kafan, disimpan di dalam peti dan dimakamkan tanpa didampingi keluarga.
Seorang ustadz yang ikut menyolatkan jenazah berkata, "Bapak sudah tenang, Mashaa Allah tenang sekali. Wajahnya gak tegang sama sekali. Wajahnya bercahaya."
Di hari yang sama, rumahnya didatangi petugas puskesmas. Tujuh anggota keluarga harus melakukan rapid test, dan hasilnya menunjukkan negatif. Namun, ia harus melakukan tes sekali lagi dengan swab test untuk menghindari negatif palsu.
"Di hari ke 14 sepulang dari Inggris (dua hari setelah suaminya meninggal), darurat saya keluar rumah di masa idah, kudu datang ke rumah sakit setelah di telepon bahwa alatnya sudah ready. Deg-degan dan nervous. Tapi pasrah aja demi kebaikan bersama," katanya.
Pemeriksaan swab menggunakan sampel lendir yang diambil dari dalam hidung maupun tenggorokan. Sampel yang diambil nantinya akan diperiksa menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction).
Sembari menunggu hasil tes, ia harus tetap menjaga jarak dari kedua anaknya. Untuk sementara anaknya diasuh oleh anggota keluarga yang ada di rumah.
Ia hanya bisa melihat kedua anaknya dari jauh. Hal itu dimaksudkan agar penularan tidak terjadi sebelum hasil tes keluar.
"Anak-anak sama saya, ibunya melihat dari jarak yang disarankan."
"Anak-anak bermain dan belajar di rumah saja mas, buat percobaan eksperimen, baca buku yg paling disuka," tutur salah satu anggota keluarga kepada detikcom, Senin (13/4/2020).
Sepekan setelah tes akhirnya hasil pemeriksaan keluar tepatnya, Selasa (7/4/2020). "Alhamdulillah dikabari setelah sepekan, hasilnya negatif," terangnya.
Di pagi hari yang cerah, seorang petugas datang ke rumah. Semenjak suaminya meninggal, rumahnya rutin disemprot disinfektan oleh puskesmas. Lalu seorang petugas menyampaikan sesuatu.
"Ibu, sudah boleh peluk anak-anak," ujar petugas tersebut.
Sontak kedua anaknya berlari ke arah pelukannya. "Mamaaa, horeee pelukkkk."
Mereka larut dalam kebahagiaan.
"Ya Alloh, semoga mama, papa sehat. Semoga nanti ketemu di surga semuanya. Papa, mamah, mas, adik bayi di perut mamah, Tambea dan semuanya," doa anak bungsunya.