Masyarakat Kabupaten Garut masih banyak yang tetap bekerja di tengah pandemi Corona yang mewabah. Mereka sebenarnya ingin bekerja di rumah, namun bos mereka tidak memberikan kebijakan.
Jika mayoritas warga di kota-kota besar sudah mengikuti anjuran pemerintah dengan bekerja di rumah atau work from home (WFH), lain cerita dengan masyarakat di daerah. Di Garut, masih banyak warga yang bekerja normal.
Salah satunya adalah Ulfah (23), seorang warga Tarogong Kaler yang bekerja di salah satu perusahaan swasta. Dia mengaku ingin bekerja di rumah untuk menghindari penyebaran virus Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jelas saya ingin berada di rumah. Sekarang dilema, ingin mengikuti anjuran pemerintah tapi kantor saya tidak libur. Kalau saya libur sendiri, saya takut dipecat," ucap Ulfah saat berbincang dengan detikcom, Jumat (3/4/2020).
Senada dengan Ulfah, hal serupa diungkap Ahmad Nur Syahid (22), seorang karyawan pabrik makanan. Adit mengaku bingung dengan situasi saat ini.
Dia harus waspada dengan virus Corona, namun di sisi lain, dia juga setiap hari harus bertemu dengan kerumunan orang untuk bekerja.
"Kekhawatiran saya sangat besar, pertama karena saya bekerja dengan banyak orang. Saya takut tertular. Tapi di sisi lain ini kan pekerjaan saya, kalau saya tak kerja gimana," kata Ahmad.
Ahmad berharap pemerintah memberikan solusi terkait hal ini. Ahmad menyebut banyak teman sepekerjaan yang juga berharap hal serupa.
"Harus ada solusi dari pemerintah supaya pekerja seperti saya bisa diam di rumah tanpa memikirkan pekerjaan. Kalau saya dipecat kan pemerintah enggak akan tanggungjawab," katanya.
Sementara itu, seorang pedagang makanan di kawasan Tarogong Kaler, Ardian Fauzi (27) mengaku terpaksa terus berjualan meskipun ada imbauan dari pemerintah untuk tetap diam di rumah guna menghindari virus Corona.
Ardian mengaku terpaksa terus berjualan karena hal tersebut merupakan satu-satunya sumber pendapatan.
"Bukan tidak sayang keluarga, saya ngider (keliling berjualan) juga kan buat keluarga. Apalagi saya punya anak-istri. Kalau saya tidak dagang mereka mau makan apa," ucap Ardian.
"Pemerintah seharusnya memberi solusi bukan perintah-perintah aja. Kalau mereka ngasih jaminan ke kita-kita bisa makan tiap hari, siapa yang enggak mau diam di rumah," kata Ardian menambahkan.
Menanggapi hal tersebut, seorang mahasiswa, Rekki Subagja (24), melihat permasalahan itu membuat sebagian masyarakat Garut dilema.
"Imbauan perihal WFH dan social distancing ini sangat kompleks persoalannya ketika dibenturkan dengan para pekerja yang tidak bisa bertahan hidup hanya dengan stay di rumahnya," ucap Rekki saat berbincang dengan detikcom, Kamis.
"Kebijakan yang dilahirkan pemerintah tentu mesti mempertimbangkan masyarakat kelas menengah ke bawah. Karena dalam situasi denting seperti ini, persoalan di masyarakat bukan perihal kesadaran, tapi persoalan kebutuhan hidup," ucap Rekki menambahkan.
Rekki berharap pemerintah mengambil langkah tegas dalam hal ini. Kebijakan pemerintah akan berdampak terhadap pencegahan penularan virus Corona ini.
"Ini benar-benar harus dipikirkan khususnya oleh pemerintah daerah. Mereka harus diberi perhatian penuh, terutama terkait kebutuhan mereka," tutup Rekki.