RSUD R Syamsudin SH merawat dua orang pasien berinisial S (58) dan T (57). Dua pasien tersebut merupakan pasangan suami istri. Pasien T yang merupakan istri dari S dikabarkan meninggal dunia setelah mendapat penanganan intensif dari pihak rumah sakit sebelumnya.
T dan S diketahui sebagai warga Kabupaten Sukabumi, sebelumnya T diketahui berstatus pengawasan sementara S pemantauan. Bagaimana nasib S setelah sempat mendapat penanganan medis kemudian dipulangkan ?
"Yang bisa kita gunakan itu (istilah) PDP pasien dalam pengawasan, yang kedua pasien dalam pemantauan terhadap suspect. Terkait kedua pasien tadi mengarah bisa karena penyakit jantung dan kedua saluran pernafasan maupun gangguan pada paru-parunya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Harun Alrasyid melalui sambungan telepon, Selasa (3/3/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Harun, pasien S hingga saat ini masih dalam pemantauan pihaknya dan tidak menunjukkan gejala ke arah Corona. Bahkan sudah ada upaya perbaikan kondisi dari pasien yang bersangkutan.
"Kita melihat dari masa inkubasi virus corona selama 14 hari apabila dalam masa inkubasi itu tidak menunjukkan gejala. Berarti sudah aman, bagi pasien tersebut. Selama ini tidak ada gejala, pengawasan disini lebih kepada perilaku suspect tersebut. Perilakunya bagaimana, batuknya bagaimana, bersinnya bagaimana lalu kita pantau hidup bersih sehatnya tinggal itu saja," beber Harun.
Dinkes Minta Warga Tak Panik
Harun Alrasyid juga meminta masyarakat untuk tidak panik dengan istilah Suspect Corona. Menurutnya istilah tersebut belum menunjukkan gambaran positif terjangkit suatu penyakit karena diperlukan data dan fakta.
Harun menjelaskan, Suspect tersebut memang mengarah kepada kecurigaan seseorang mengalami gejala-gejala tertentu yang mengarah kepada penyakit tertentu semisal Corona.
"Yang disebut suspect itu mengarah kepada kecurigaan, misalkan yang menyerupai penyakit corona itu harus diindikasikan penyakit tersebut. Itu dilakukan untuk menciptakan kewaspadaan kita karena yang penting adalah langkah antisipasi yang mengarah kepada upaya promotif dan preventif dan kewaspadaan di dalam deteksi dini terhadap kejadian luar biasa seperti virus corona ini," kata Harun.
Harun memaklumi, saat ini banyak yang memilih tidak menyebut kalimat suspect (corona) karena alasan khawatir memicu kepanikan di masyarakat. Namun menurutnya poin penting dalam kondisi saat ini adalah bagaimana masyarakat menciptakan perilaku hidup bersih di masyarakat.
"Kita tidak bisa menggunakan dan menyatakan berdasar diagnosa tanpa ada fakta dan data, dukungan hasil pemeriksaan yang jelas. Karena itu masuk kepada wilayah medis. Kalau yang namanya suspect, artinya belum tentu virus corona, ada banyak aspek bisa karena penyakit menular, tidak menular bisa juga faktor kelelahan," jelas Harun.
(sya/mud)