Tangerang Selatan (Tangsel) jadi kota dengan rata-rata setahun paling berpolusi dan kotor di Indonesia berdasarkan rilis IQAir untuk tahun 2019. Kota ini berada di urutan pertama, diikuti Bekasi dan Pekanbaru.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tangsel Toto Sudarto meragukan hasil uji kualitas udara yang dirilis IQAir. Menurutnya, kualitas udara di wilayahnya masih berada di ambang batas wajar.
"Saya mau tahu cara dia menyurvei kualitas udara seperti apa. Karena kami juga punya konsultan yang sama yang independen. Kami masih di ambang batas udara baik," kata Toto saat dihubungi detikcom di Tangerang Selatan, Banten, Rabu (26/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga menanyakan kira-kira IQAir menggunakan alat apa saat menguji kualitas udara. Sebab, jika pengukuran udara secara menyeluruh, itu bisa dilakukan selama satu bulan. Dan berdasarkan pengecekan udara oleh DLH pada November 2019, kualitas udara Tangsel masih baik.
"Kalau sesaat bisa-bisa saja dia ngecek udaranya tinggi. Kalau berkelanjutan kan satu bulan, saya tidak memungkiri info dari luar, kami juga perlu ada rasa keadilan karena informasi di media dibaca banyak orang. Kami juga punya asumsi lain apa yang kami coba," katanya.
Toto mengaku sudah mencoba menghubungi IQAir terkait rilis tersebut. Bahkan ia mengundang secara terbuka untuk menguji data soal polusi udara. Survei oleh IQAir ini juga pernah dilakukan pada 2018 terhadap kotanya.
"Kami pengin tahu siapa yang bisa menentukan Tangsel juara satu. Kami ingin undang ke sini, pengin tahu betul apa yang disurvei mereka," ujar Toto.
Di Indonesia, Tangsel mengisi posisi pertama kota paling berpolusi dengan rata-rata PM2,5 sebesar 81,3 Β΅g/mΒ³. Tangsel masuk daftar 30 besar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia dengan menempati posisi 24.
(bri/bbn)