Pemkot Bogor terus mengkaji rencana pengadaan transportasi massal berbasis rel atau trem di Kota Bogor.
Transportasi massal ini diupayakan Pemkot Bogor untuk solusi kemacetan di tengah kota. Trem ini nantinya menggantikan angkutan perkotaan (angkot) yang beroperasi di tengah Kota Bogor.
Dari hasil kajian sementara, Pemkot Bogor ditaksir butuh dana hingga Rp 1,5 triliun untuk merealisasi rencana itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"PT Colas Rail, konsultan pengkaji penyelenggaraan trem di Kota Bogor, menyampaikan sejumlah catatan, di antaranya terkait kebutuhan anggaran Rp 1,5 triliun," kata Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, Rabu (26/2/2020).
Baca juga: Bogor Berencana Bikin Trem |
Dana tersebut, kata Dedie, nantinya akan digunakan untuk pengadaan unit trem hingga pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan operasional trem.
Kendala saat ini adalah pengadaan lahan seluas 5-10 hektare di sekitar Terminal Branangsiang atau Tanah Baru, yang nantinya akan digunakan untuk depo trem.
"Masalah utamanya, Kota Bogor tak punya aset atau lahan yang cukup untuk memiliki depo yang luasnya 5-10 hektare," kata Dedie.
Kendala lain adalah terkait pengadaan unit trem. Pemkot Bogor hingga saat ini juga belum memutuskan apakah akan memanfaatkan unit trem hibah dari Utrecht, Belanda, atau membeli trem baru buatan PT Industri Kereta Api (Persero).
"Kalau menerima hibah trem dari Belanda harus mendapat persetujuan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Sampai saat ini belum ada juga persetujuannya," ungkapnya.
Namun, lanjut Dedie, PT Colas Rail sebagai konsultan lebih menyarankan menggunakan trem baru karena lebih lama masa pakainya.
(mud/mud)