"Pernah juga terjadi kecelakaan sepeda motor menabrak rusa," kata Yusuf, warga Desa Pananjung Pangandaran, Senin (10/2/2020).
Yusuf berharap ada penanganan serius untuk menempatkan satwa tersebut di habitatnya, sehingga konflik dengan warga bisa dihindari.
"Kami mendorong agar sebagian wilayah cagar alam diubah fungsinya menjadi taman wisata alam suaka margasatwa," kata Yusuf. Dengan menjadi suaka margasatwa, satwa-satwa itu tidak dibiarkan berkeliaran namun dipelihara.
Langkah itu menurut dia lebih baik dan bisa menyokong daya tarik wisata di pantai Pangandaran. Sehingga pada akhirnya tingkat kunjungan ke lokasi wisata alam tersebut bisa meningkat.
Sementara itu Kepala BKSDA Resort Kabupaten Pangandaran,Uking Iskandar mengakui konflik antara warga dengan satwa kerap terjadi. "Kami sering mendapat laporan dari warga, adanya temuan rusa berkeliaran di perkampungan warga, kami langsung berusaha membawanya kembali ke habitatnya di Cagar Alam," ujar Uking.
Ia mengatakan selama ini ada beberapa persoalan yang dihadapinya yakni pihaknya tidak memiliki petugas ahli khusus penangkap satwa dan tidak memiliki kendaraan operasional untuk evakuasi satwa.
Uking mengatakan rusa-rusa yang kabur itu tak hanya ditemukan di sekitar Pangandaran, namun sampai ke sekitar bandara Nusawiru Kecamatan Cijulang yang jaraknya puluhan kilometer.
"Salah satu faktor rusa dan monyet keluar dari cagar alam dan berkeliaran ke perkambungan, karena perubahan perilaku. Ini akibat seringnya satwa itu diberi makanan oleh para pengunjung," kata Uking. Oleh karena itu dia menimbau agar warga atau pengunjung tidak memberi makan kepada satwa tersebut.
Mengenai usulan dibangun pagar agar satwa cagar alam tidak berkeliaran ke perkampungan, Uking mengaku akan berkoordinasi dengan pimpinan serta pihak Perhutani. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini