Puluhan anggota PGRI, organisasi guru olahraga, dan orang tua murid mendatangi SDN Benteng 3 Kota Sukabumi, Kamis (30/1/2020). Mereka meminta guru honorer, berinisial EP, yang diistirahatkan mengajar karena dugaan kekerasan kepada muridnya, kembali mengajar di sekolah tersebut.
Mediasi sempat kembali dilakukan. Kali ini dipimpin oleh Camat Warudoyong Samiarto dan pihak Kelurahan Benteng. Polisi juga terlihat berjaga di sekitar lokasi.
Ketua PC PGRI Kecamatan Warudoyong Agus Budiman membenarkan kedatangannya ke sekolah sebagai bentuk solidaritas kepada EP, yang diberhentikan mengajar. "Hasilnya memang ada kekhilafan dari orang tua dan guru yang bersangkutan. Harapan kami dari PGRI, media juga bisa menginformasikan kembali apa yang terjadi. Intinya nama baik teman kami dikembalikan," tutur Agus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Agus, selain keinginan PGRI dan rekan-rekan seprofesi lainnya, permintaan EP kembali mengajar merupakan keinginan orang tua siswa SDN Benteng 3. "Tokoh masyarakat-orang tua siswa berharap beliau kembali mengajar. Posisi SDN Benteng 3 kekurangan guru. Jadi keinginan kembali mengajar bukan tuntutan kami saja, tapi juga orang tua," ujar Agus.
Suasana haru terlihat saat EP datang ke sekolah. Ia terlihat berpelukan dengan beberapa rekan sejawatnya. Tangisan juga pecah melihat EP yang menggunakan kopiah hitam datang ke sekolah.
EP juga sempat berpelukan dengan orang tua siswa yang sempat melaporkan dugaan pemukulan yang diterima oleh anaknya. Kepada awak media, ia mengaku memilih mengundurkan diri karena hanya ada dua opsi yang ditawarkan kepadanya saat mediasi pada Selasa (28/1/2020). EP menyebut opsi itu ia mengundurkan diri atau ia dilaporkan kepada polisi atas perbuatannya.
"Saya memilih mengundurkan diri kemarin hasil musyawarah, itu juga saya lakukan untuk menghindari hal pemberitaan yang negatif di dunia pendidikan. Intinya, tidak ada asap kalau tidak ada api. Prinsip saya sejak pertama sudah mengaku kesalahan. Kalau memang tidak berbuat (kesalahan), tentu akan saya kejar sampai akhirat," tutur EP.
EP kembali mengakui sikapnya yang disorot itu merupakan kesalahan, namun ia menolak tindakannya itu sebagai aksi kekerasan. "Kemarin hanya refleks. Ketika saya tanya, siswa menjawab sedang latihan tawuran, di tasnya ada gir. Ketika melihat seperti itu, apa yang akan kita lakukan? Saya sendiri sampai shock melihat hal itu. Intinya, saya berharap orang tua juga peka dengan situasi dunia pendidikan seperti ini. Niat kita mendisiplinkan," kata EP.
Kadisdik Kota Sukabumi Dudi Fathul Jawad menyebut pihaknya telah mendengar informasi dari semua pihak terkait peristiwa pemukulan tersebut. "Kami tahu ada peristiwa sangat penting dan ini harus diselesaikan dengan sebaik-baik persoalan yang mungkin ramai hari ini. Kami coba urai," kata Dudi, Selasa (28/1)
"Kami langsung tangani, terakhir sudah islah. Para orang tua legowo memaafkan bapak guru itu. Saya lihat juga gurunya sendiri merasakan itu tindakan khilaf," Dudi menambahkan.
Simak Juga Video "Sebentar Lagi! Cerita Sepatu Bolong dan Hadiah Motor Sang Guru Honorer"
(sya/bbn)