Kisah Ribuan Burung Pengungsi yang 'Bertamu' di Alun-alun Kota Banjar

Unak Anik Jabar

Kisah Ribuan Burung Pengungsi yang 'Bertamu' di Alun-alun Kota Banjar

Faizal Amiruddin - detikNews
Jumat, 24 Jan 2020 08:07 WIB
Foto: Ribuan burung kapinis hiasi langit Kota Banjar (Faizal Amiruddin/detikcom)
Banjar -

Ada pemandangan unik di alun-alun Kota Banjar, Jawa Barat sejak beberapa pekan terakhir. Selain bisa menikmati keramaian pusat kota dan beragam kuliner di jantung Kota Banjar ini, pengunjung bisa melihat fenomena unik, yakni kehadiran ratusan bahkan ribuan ekor burung kapinis yang hinggap di bentangan kabel.

Menjelang senja, ribuan burung ini akan datang dan terbang memutar menghiasi langit. Ketika hari mulai gelap, mereka hinggap berdesakan di bentangan kabel-kabel listrik. Mereka bertengger sepanjang malam, dan menghilang menjelang pagi.

"Ada yang bilang itu burung kapinis ada juga yang bilang itu burung layang. Kalau warga Banjar menyebutnya itu burung kapinis," kata Hermanto (38), warga Parungsari Banjar, beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Hermanto kehadiran burung itu tak sepanjang waktu. Tapi hanya hadir di bulan-bulan tertentu. Biasanya burung itu datang di akhir tahun.

"Biasanya dari bulan Oktober sampai Desember, tapi sekarang sampai Januari masih ada. Mungkin mereka betah di sini," ujar Hermanto sambil melempar senyum. Seingatnya, kehadiran burung kapinis itu rutin datang setiap tahun, sejak dirinya masih kecil.

ADVERTISEMENT
Kearifan Lokal Lindungi Ribuan Burung Pengungsi di Alun-alun Kota BanjarFoto: Burung kapinis bertengger di atas kabel di Kota Banjar (Faizal Amiruddin/detikcom)

Hermanto mengaku sewaktu kecil sempat berusaha memburu burung-burung itu dengan ketapel bahkan senapan angin. "Tapi oleh orangtua dulu selalu dilarang. Katanya 'pamali', karena kawanan burung itu semah matuh (tamu rutin)," katanya.

Bagi warga Banjar, kawanan burung itu dianggap tamu, sehingga tak boleh diganggu. Nilai-nilai kearifan lokal warga Banjar, membuat kawanan burung itu terlindungi. Kendati ada yang berdalih, memburu kapinis karena dagingnya manjur untuk obat asma, warga tetap memperingatkan.

"Masih banyak obat asma di apotek. Lagi pula buat apa diburu, kasihan. Ukurannya juga kecil-kecil," kata Hermanto.

Ida Novitasari (35) warga Randegan Banjar mengaku dirinya selalu waspada jika tertahan di lampu merah simpang empat alun-alun Banjar. "Kalau sedang ada burung-burung itu, jangan berhenti di bawah kabel. Kalau lagi apes, kotorannya bisa menimpa kepala," kata Ida.

Salah satu dampak kehadiran burung itu adalah kotorannya yang menumpuk di jalan, trotoar, bahkan jendela bangunan-bangunan di sekitar simpang empat alun-alun Banjar.

Dia mengatakan pengunjung alun-alun yang berasal dari luar Banjar, banyak yang tertarik dengan kehadiran burung-burung tersebut, setidaknya dijadikan bahan obrolan sambil duduk-duduk menikmati suasana alun-alun Banjar.Lain lagi cerita Dudung pedagang minuman di alun-alun Banjar.

Menurut dia beberapa tahun lalu, dirinya sempat menyaksikan sekelompok orang tengah meneliti prilaku burung tersebut. "Jadi menurut para peneliti itu, burung ini sebenarnya sedang ngungsi (migrasi). Karena di tempat asalnya sedang musim salju. Makanya sementara waktu pindah dulu ke sini," ujar Dudung.

Pengunjung berharap ada semacam papan informasi yang jelas mengenai ribuan burung tersebut. Sebab hal ini menjadi salah satu daya tarik di kawasan alun-alun Banjar.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads