Kisah Horor Tanjakan Panganten yang Melegenda di Garut

Unak Anik Jabar

Kisah Horor Tanjakan Panganten yang Melegenda di Garut

Hakim Ghani - detikNews
Kamis, 23 Jan 2020 20:37 WIB
Foto: Tanjakan Panganten di Garut (Hakim Ghani/detikcom)
Garut -

Di Kabupaten Garut, Jabar, ada sebuah tanjakan yang sering menelan korban akibat kecelakaan. Tanjakan tersebut dikenal dengan nama Tanjakan Panganten.

Tanjakan itu mulanya bernama Tanjakan Cisandaan. Namun, karena konon kabarnya banyak rombongan pengantin yang celaka di sana, masyarakat mengubah namanya menjadi Tanjakan Panganten (pengantin).

Tanjakan tersebut terletak di Jalan Raya Pakenjeng-Pamulihan, Kecamatan Pamulihan. Sekitar 50 kilometer jaraknya dari pusat perkotaan Garut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jalan menanjak itu terletak di sebuah tebing. Tanjakan ini bermedan curam, dengan tingkat kemiringan sekira 45 derajat.

Jalannya memanjang sekitar 700 meter. Tanjakan tersebut menyimpan cerita mistis. Menurut cerita masyarakat setempat, konon kabarnya banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pengantin di tanjakan tersebut.

ADVERTISEMENT

detikcom berbincang dengan Ahmad Fauzan alias Ojan (25), seorang warga Pakenjeng yang kerap melintasi jalur itu. Menurut Ojan, pada tahun 2013 lalu, ada rombongan pengantin yang terlibat kecelakaan tunggal di tanjakan itu.

"Saya dulu itu masih SMA kalau tidak salah. Waktu itu saya ingat ada pengantin yang kecelakaan di sini. Korbannya luka parah. Tidak sampai meninggal untungnya," ucap Ojan kepada detikcom di kampus Uniga, Jalan Raya Samarang, Tarogong Kaler, beberapa waktu lalu.

Rombongan pengantin itu, sambung Ojan, berasal dari Jawa Tengah. Seorang lelaki dari Jateng hendak menikahi wanita asal Bungbulang.

Sejak saat itu, Tanjakan Cisandaan ini lebih dikenal dengan nama Tanjakan Panganten. Menurut mitos di masyarakat setempat, agar selamat melintasi jalur itu, seorang pengantin harus turun dari kendaraan saat melintas Tanjakan Panganten. Dia harus berjalan kaki.

"Nanti kalau udah sampai di bawah, pengantin naik lagi ke mobil," katanya.

Terlepas dari benar atau tidaknya mitos tersebut, Tanjakan Panganten memang cukup terjal untuk dilalui. Apalagi, bagi mereka yang belum terbiasa melewatinya.

Terdapat jurang di samping kiri dan tebing setinggi seratus meteran di sebelah kanan jalan. Setelah menurun sejauh 700 meter, jalan kemudian menukik ke kanan.

Selain itu, kabut yang kerap turun di waktu-waktu tertentu, seperti setelah hujan turun membuat jalan ini juga berbahaya untuk dilalui.

Beragam upaya dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kecelakaan di jalur ini. Awal November 2019 lalu, Polisi memasang bronjong dan pembatas jalan untuk meminimalisir kendaraan yang terjun ke jurang.

Namun sayang, upaya tersebut nampaknya tak memberikan efek apapun. Dua hari kemudian, tepatnya 6 November 2019, terjadi kecelakaan lagi di tempat itu.

Bahkan bronjong yang dipasang tak mau menahan laju sebuah truk berpenumpang dua orang yang terjun ke jurang. Akibat kejadian itu dua penumpang mengalami luka.

Ojan memberikan tips bagi para pengendara yang hendak melintasi jalur itu untuk pertama kali. Ada dua hal yang perlu diperhatikan.

"Tips dari saya pertama baik pengemudi maupun kendaraannya harus dalam kondisi yang fit. Pengemudi jangan sampai dalam keadaan mengantuk saat melintasi jalur ini," katanya.

"Yang kedua, berdoa dan tetap tenang. Karena kebanyakan kalau menurut saya yang celaka itu karena mereka panik," tutup Ojan.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads