"Medan cukup terjal, kita juga membutuhkan alat untuk refling, jalan berbatu, tanahnya cukup gembur. Untuk kondisi sekarang kemarau panjang debunya luar biasa," kata Wakil Ketua Himpunan Pendaki Indonesia Angga Pradana di Posko Hipadri yang ada di Kaki Gunung Malabar, Minggu (6/10/2019).
Untuk menuju lokasi dibutuhkan waktu tiga jam. Ada empat titik api kebakaran di puncak Gunung Malabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angga berujar, kebakaran lahan itu sudah terjadi akhir Bulan September, namun puncaknya terjadi, Jumat 4 Oktober 2019 lalu.
"Sebetulnya sudah terjadi dari Tanggal 25 September ini sudah terbakar dan meluasnya pas Tanggal 4 Oktober, kemarin," ujarnya.
Dalam rentang waktu itu, sekitar delapan hektare lahan milik Perhutani KPH Bandung Selatan terbakar. "Pertama 2-3 hektar sekarang total mencapai 8 hektare. Itu lahan milik Perhutani," tuturnya.
Angga menambahkan, pemadaman api harus menggunakan helikopter. Karena tidak mungkin dilakukan secara manual karena ada titik api yang sulit di akses.
"Dari bawah tidak bisa naik ke atas, siraman dari pesawat enggak ada. Kita pakai alat seadanya memontong api menggunakan pacul golok dan alat lainnya, lalu membuat parit," tambahnya.
Pihaknya, pagi ini naik kembali ke atas bersama tim untuk memadamkan api yang masih menyala. "Sekarang kita ke atas lagi, mau menclean up bara api yang masih menyala," pungkasnya.
Petugas Berjibaku Padamkan Api di Lahan Gambut Jambi:
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini