Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB mencatat ada 649 jiwa yang terdampak di RW tersebut. BPBD pun membagikan 1.000 masker di wilayah tersebut.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD KBB Dicky Maulana mengatakan wilayah RT 01 yang paling terdampak karena lokasinya berbatasan langsung dengan wilayah perkebunan teh PTPN VIII.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empat blok perkebunan tersebut lokasinya hanya berjarak kurang lebih empat kilometer dari Kawah Ratu Tangkuban Perahu. Para pemetik teh pun kerap kali pulang dengan pakaian berbalut abu.
Selain itu produksi teh pun menurun dari biasanya 1.8 ton kini hanya 1.1 ton perhari dari tiap blok tersebut. "Abu di empat blok itu tebal yang berpengaruh ke kualitas teh," katanya.
Menurutnya, abu vulkanik yang menyebar karena angin tersebut juga juga turut menyebabkan kendala bagi para peternak.
"Selain perkebunan, (yang terganggu) juga peternakan. Biasanya kemarau ke hutan mencari rumput. Sekarang hutannya penuh abu, terganggu mata pencaharian mereka," katanya.
Salah seorang warga, Aminah (62) mengaku pasca kejadian erupsi Tangkuban Perahu, sebagian warga mengalami batuk dan pilek.
Selain itu, sering tercium bau belerang yang berasal dari Kawah Ratu. "Warga ada yang pilek, batuk. Tapi aktivitas enggak keganggu, hanya aktivitas wisata juga sepi sejak erupsi," katanya.
Menurutnya sebaran abu yang paling parah terjadi pada 26 Juli 2019 lalu. "Saya berharap kondisi bisa kembali pulih lagi seperti biasa, karena kami selalu khawatir setiap malam," ujarnya.
PVMBG: Status Gunung Tangkuban Perahu Masih Tinggi (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini