Berawal dari keinginan Sri untuk mengajar, ia memutuskan untuk memperdalam seni rajut. Sri secara getol pergi untuk belajar merajut dengan mengikuti workshop, komunitas dan semacamnya semenjak tahun 2014.
"Sebelumnya mah belum bisa, terus saya belajar dulu ikut workshop, ikut komunitas, ikut kegiatan di kantor dinas pemerintahan seperti WUB (Wirausaha Baru), sampai akhirnya bisa terampil merajut. Sebenarnya sampai sekarang juga masih belajar sih," ujar Sri (55) saat berbincang dengan detikcom belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri pun memutuskan untuk fokus belajar merajut khusus membuat sepatu. Akhirnya ia bagikan ilmu tersebut kepada teman-temannya di Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung. Tidak disangka, antusiasnya cukup besar. Karena banyak yang tertarik, akhirnya Sri membentuk sebuah komunitas bernama Manjahlega Crafters Community (MCC) pada 31 Oktober 2017. Sampai saat ini, anggotanya sudah berjumlah 81 orang.
Kegiatan rutin MCC ini di antaranya berbagi ilmu keterampilan craft. Tidak hanya merajut saja yang diajarkan, tetapi ada patchwork, tali kur, jahit, sulam pita, daur ulang dan masih banyak lagi. Komunitas ini juga terbuka untuk umum yang berminat mempelajari seni rajut dan kerajinan tangan lainnya.
"Jadi sudah ada mentor-mentor khusus di bidang tertentu seperti patchwork, jahit, daur ulang kresek dan lain-lain. Tadinya masing-masing, nah di sini kita terkumpul dalam satu wadah dan bisa sharing ilmu," ucap Sri.
Baca juga: Puluhan Mobil Antik Mercy yang Menarik Mata |
Selain itu, pada awal tahun 2019 Sri berhasil membuka kios dengan brandnya sendiri bernama Nazz Dezzan. Kios tersebut terletak di Rupa Rupi Handicraft Market. Selain membuka kios, ia juga membuka pelatihan merajut yang dipatok dengan harga Rp 200 ribu. Para pengunjung yang berlatih, nantinya akan dibimbing untuk membuat satu pasang sepatu rajut buatan tangan sendiri.
Bagi pemula yang masih awam merajut, akan dibimbing terlebih dahulu di kelas dasar. Bahan-bahannya pun sudah disediakan oleh Sri, seperti sol sepatu, benang dan hakpen. Selain itu, waktu latihannya pun sangat fleksibel.
"Ada yang sehari jadi, ada yang seminggu karena belum terlalu terampil. Itu akan terus saya bimbing sampai kreasi sepatu mereka berhasil, pokoknya bebas datang kapan aja," katanya.
![]() |
Dari pelatihan ini juga, terlahirlah lapangan pekerjaan bagi anggotanya yang sudah terampil. Ada yang menciptakan brand sendiri seperti Sri, ada yang langsung mendapatkan pesanan dan lain-lain.
"Tercetus niat dalam hati ingin ngajar sampai akhirnya kejadian alhamdulillah bisa berbagi ilmu buat orang lain. Kegiatannya kan positif dan menghasilkan juga," tutur Sri.
Rata-rata produksinya bisa mencapai 20 buah dalam satu bulan. Kios Sri juga membuka pesanan sesuai pesanan para pembeli. Hasil penjualannya pun sudah sampai ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri. Untuk harga produk rajutannya berkisar antara Rp 250 ribu hingga Rp 1 juta.
![]() |
"Saya juga pernah diajak pameran Trade Expo Indonesia (TEI) di Kemayoran, Jakarta tahun 2017 kemarin. Senang banget bisa ngebranding produk ini ke masyarakat seluruh Indonesia bahkan internasional, ketemu presiden juga," ucapnya.
![]() |
"Saya ingin makin banyak binaan-binaan saya yang pintar merajut. Jadi membagi ilmu untuk bisa memberdayakan para wanita. Walaupun berada di rumah, tapi tetap bisa berkreasi dan bisa menghasilkan tambahan untuk kesejahteraan ekonomi keluarga," ujar Sri. (tro/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini