Dari 100 hektare tersebut, 50 hektare di antaranya mati total. Padi dengan usia tanam 2 bulan lebih tersebut mengering padahal sebentar lagi sudah masuk masa panen.
"Kalau hitung kerugian rata-rata dari 1 hektare itu biasa panen sampai 6 ton. Kalau sekarang berakhir di kandang munding (kerbau), dijadikan pakan," kata Karmita, Ketua Kelompok Tani (Poktan) setempat kepada detikcom, Rabu (3/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut Karmita, kekeringan dialami petani yang berada di Blok Burujul, Babakan Jati dan Cibanteng. Tidak ada solusi lain yang saat ini diandalkan selain menunggu musim hujan tiba.
"Yang kering jadikan pakan, nanti setelah hujan tanam lagi. Harapan kami saat ini kepada pemerintah, tolong bantu pompa air lewat sumur bor. Kalau terus dibiarkan kami mau makan apa," ucapnya.
Selain itu, kekeringan juga sudah dirasakan warga perkampungan. "Warga juga sudah mulai mengeluhkan tidak adanya air dan terpaksa mencari mata air dari bekas sumur yang sudah tidak digunakan, semoga musim hujan segera datang," ujar Karmita.
Simak Juga 'Kekeringan, Petani di Karawang Pakai Air Tercemar untuk Pengairan':
(sya/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini