Lantas, apakah para turis ini merasakan suasana berbeda karena berkunjung saat Bulan Ramadhan? Beberapa pelancong asal Finlandia berbagi cerita kepada detikcom, Selasa (14/5/2019).
Di salah satu restoran kawasan wisata Pantai Pangandaran, detikcom menjumpai Oliver (19), Viktoria (20) dan Julia (24) seusai santap siang mereka. Anak-anak muda ini datang sejak Senin (14/5/2019) dan berencana berlibur empat hari di Pangandaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya, kami tahu (ini Ramadhan). Soalnya banyak spanduk tertulis Ramadhan, dan kami tahu itu waktu puasa untuk Muslim," kata Oliver yang tahun ini akan mulai masuk kuliah.
Meskipun berlibur saat Ramadhan, ketiganya sepakat tidak menemukan kesulitan apa pun. Mereka tidak mengalami perlakuan berbeda dan tidak menghadapi kesulitan menemukan makanan.
"Mungkin kami hanya tidak tahu cara berbusana yang sesuai. Untuk makanan, kami tidak punya masalah," kata Viktoria, gadis yang tengah mengenyam pendidikan bisnis di perguruan tinggi negerinya.
Viktoria sendiri mengaku tidak bisa membedakan bagaimana suasana berlibur di luar bulan puasa, karena ini adalah kesempatan pertamanya di Indonesia. Viktoria dan teman-temannya juga mengaku tidak menyadari adanya keriuhan saat momen sahur.
"Kalau pagi tidak (mendengar). Kalau sore kami mendengar ramai (adzan Magrib)," kata dia.
Viktoria mengatakan masyarakat Muslim di Indonesia berbeda dengan pemeluk Islam di Timur Tengah.
"Kita pernah ke Qatar, di sana kami jarang melihat perempuan di tempat umum. Kami pun harus memakai baju panjang untuk berpergian," katanya
Di Indonesia, ia merasakan masyarakatnya lebih moderat. Di Pangandaran, ketiganya mengaku tidak punya rencana ke mana-mana kecuali bersantai di pantai. (tro/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini