Hingga pukul 12.00 WIB, belum banyak buruh yang datang. Kursi masih terlihat kosong. Sebab buruh saat ini masih berpusat melakukan aksi di Gedung Sate. Meski begitu, tak menyurutkan semangat buruh yang sudah hadir.
Mereka secara bergantian melakukan orasi atas panggung. Dalam orasinya, rata-rata para buruh ingin diupah layak agar lebih sejahtera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa yang kita keluhkan bahwa kita ini dicekoki UMK. Padahal dari kalimatnya saja upah minimum, kita berjuang kepada minimum, ini salah peletakan makna," kata Badya saat berorasi, Rabu (1/5/2019).
"Visi kita bukan minimum, kalau sepakat UMK itu diganti USB, upah sejahtera buruh," tuturnya.
Dia menuturkan format UMK menghitung bagi para buruh yang lajang. Menurutnya, hal ini tidak bisa disamaratakan dengan buruh yang sudah berkeluarga bahkan memiliki beberapa anak.
"Maka kita ganti kita tuntut USB. Bukan lagi minimum, bukan terjun, tapi naik bahkan meroket. Kalau belum sejahtera sekarang, karena yang diperjuangkan minimum, seberapapun yang didapat itu yang minimum," kata dia.
Selain menuntut soal upah, pihaknya juga meminta agar Balai Latihan Kerja (BLK) disebar ke beberapa daerah bahkan hingga tingkat kelurahan. Hal ini semata-mata agar para buruh memiliki skil guna bersaing dengan yang lain.
"Di era 4.0 dibutuhkan kreasi, rakyat dituntut membuat suatu terobosan. Maka BLK tidak cukup hanya di kabupaten, harus di kecamatan bahkan kelurahan sekalipun. Supaya anak cucu kita kelak tisak tertinggal," ucapnya.
Soal upah juga disinggung Agus Chaerudin dari Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman (SPRTMM). Sama seperti Badya, Agus mengatakan upah buruh saat ini masih dihitung per minimum.
"Hari ini juga kita bagaimana masih menjadi buruh yang tersisihkan dan masih menjadi buruh yang tidak mendapatkan upah layak. Upah kita masih diukur secara upah minimum yang hari ini masih menjadi konflik dan tidak menjadi satu kesejahteraan. Kawan-kawan, hari ini disampaikan bahwa buruh harusnya sudah sejahtera," ucap dia.
Agus menyatakan kenaikan upah yang selama ini dirasakan bukan untuk mensejahterakan. Menurut dia, kenaikan hanya untuk penyetaraan dengan harga bahan pokok yang ikut naik.
"Ketika upah dinaikkan, di lapangan bukan upah naik, tapi penyesuaian. Ketika upah naik, barang di pasar ikut naik. Saya usulkan di sini bahwa pemerintah harus mengendalikan bahan pokok. Bagaimanapun diupah puluhan juta, ketika harga bahan pokok makanan terus meningkat harganya, tidak akan relevansi lagi," kata dia.
Orasi-orasi ini rencananya dilombakan. Orasi yang disampaikan akan dinilai oleh panitia.
Tonton juga video May Day, Rekayasa Lalin Sekitar Istana Sudah Diberlakukan:
(dir/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini