Penolakan keluarga dengan alasan kasihan dihadapi relawan sosial dengan penuh kesabaran. Pertemuan rutin dan pemahaman tentang kemanusiaan akhirnya mencerahkan suami-istri, Sahuni (70) dan Oyot (60), yang merupakan orang tua Dirman.
"Kami tidak menyerah. Satu tahun terakhir ini kami rutin berkunjung serta membawa obat-obatan dan makanan. Semangat bebas pasung menggema menjadi motivasi kami agar Dirman dapat menjalani pengobatan dan kehidupan yang layak," kata Deni Solang, pengelola PS AWA, kepada detikcom, Kamis (18/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dibantu PSBL Phalamarta, Puskesmas, aparat desa dan pihak lainnya, Dirman dikeluarkan dari kurungan seperti kandang domba. "Kami menganggap pembebasan Dirman ialah kado terindah untuk hari kesehatan jiwa yang jatuh tanggal 10 Oktober kemarin. Meski kami relawan serba terbatas, namun tidak menyurutkan semangat beraksi sosial," ucap Deni.
![]() |
"Banyak dermawan yang menyemangati kami untuk tidak menyerah, kendaraan ambulans pun merupakan sumbangan hasil penggalangan dana dari masyarakat yang memperhatikan pergerakan kami," ujarnya.
"Saat ini, kami hanya tinggal bergerak agar istilah bebas pasung tidak hanya sekedar slogan. Dirman hanya satu dari sekian banyak kasus serupa, semangat bebas pasung bukan hanya ada di relawan di lapangan saja, tetapi juga ada di birokrasi dan layanan Publik lainnya seperti Puskesmas dn Rumah sakit, karena itu adalah bagian dari mata rantai program bebas pasung," tutur Deni menambahkan.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini