Saat musim kemarau panjang seperti sekarang ini, pohon tersebut tak pernah mengalami kekeringan. Namun konon sejak pertama kali ditanam, pohon tak pernah berbuah. Pohon itu juga memiliki keunikan lainnya, yaitu batang pohonnya hanya tersisa kulit bagian luarnya. Sementara itu, pada bagian atasnya masih terlihat utuh. Kondisi batang pohonnya berkelok-kelok.
Budayawan Cirebon sekaligus pengelola Gua Sunyaragi Cirebon Jajat Sudrajat mengatakan pohon lengkeng tersebut ditanam pada era Sultan Kasepuhan Cirebon ke III tepatnya di tahun 1604. Jajat menceritakan selain pohon lengkeng tersebut, di era Sultan Kasepuhan Cirebon ke III itu ditanam tiga pohon lainnya, yakni pohon gambir, tanjung, dan bambu kuning. Namun, lanjut Jajat, yang hingga kini masih bertahan dan terus tumbuh hanya pohon lengkeng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Jajat menyebutkan lengkeng tua itu dikenal sebagai lengkeng lanang atau laki-laki. Jajat juga tak menampik faktor tak berbuahnya pohon lengkeng itu karena ditanam sendirian.
"Secara ilmiah, pohon lengkeng itu bisa berbuah kalau ditanam lebih dari satu. Kalau hanya satu pohon itu sulit untuk berbuah. Kan pembuahannya beda dengan pohon lainnya," ucap Jajat.
Lagi, Jajat menjelaskan alasan Keraton Kasepuhan Cirebon hanya menanam satu pohon lengkeng pada tahun 1604. Menurut Jajat buah lengkeng memiliki merupakan buah stimewa yang menyimbolkan sebagai buah para pembesar atau keluarga kerajaan. Artinya, lengkeng memiliki ekslusivtas dan hanya bisa dinikmati para raja.
"Pohon lengkeng itu menyimbolkan tempatnya para pembesar. Selain itu, kenapa hanya satu pohon? Karena kekuasaan itu sejatinya disetir oleh satu pemimpin, atau sebuah kerajaan yang diperintah oleh salah seorang raja," katanya.
Pihak pengelola Gua Sunyaragi memasang dua tiang beton sebagai penyangga pohon lengkeng. Hal itu dilakukan karena kondisi pohon yang sudah tua. Pemasang beton yang didesain sepertu kayu itu, lanjut Jajat, melalui restu dari kementerian dan pihak keraton.
"Kita harus menjaga, khawatir tak kuat menopang karena di bagian bawahnya kan tinggal kulit batangnya saja. Makanya dibuat penopang yang menyerupai batang pohon," ucapnya.
Pohon lengkeng tua itu menjadi saksi bisu peradaban Cirebon di erah Sultan Sepuh ke III hingga Sultan Kasepuhan Cirebon saat ini. Mitos-mitos pun banyak berkembang soal pohon tersebut. Tak sedikit masyarakat yang mengaku melihat benda-benda pusaka di pohon tersebut, seperti keris, selendang sakti dan lainnya.
"Ya mitos banyak yang mengaku lihat selandang pelangi, sabuk inten sosronogor, pusaka nagarunting dan lainnya. Ya itu mitos-mitos, yang jelas pohon ini menyimbolkan kekuasan pada zaman dulu," ucapnya. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini