Dari Alun-Alun Kota Cimahi, letak gedung itu berjarak sekitar tiga kilometer dan bisa ditempuh dalam waktu sepuluh menit melalui Jalan Nasional III dan Jalan Sriwijaya Jaya menggunakan sepeda motor.
Dahulu gedung tersebut kerap digunakan sebagai tempat berkumpul dan hiburan, khususnya bagi para tentara-tentara Belanda yang punya jabatan. "Jadi, gedung itu memang difungsikan sebagai tempat hiburan para petinggi tentara Belanda. Kalau jabatannya kopral atau sersan bukan di situ tempatnya," ujar Machmud Mubarok, penggiat sejarah Kota Cimahi sekaligus pendiri komunitas bernama Tjimahi Heritage, saat ditemui detikcom di Jalan Sekelimus Utara, Kota Bandung, Rabu (4/4) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebelum bernama The Historich, gedung tersebut sempat dua kali berganti nama seiring bertukar kedudukan. Pada mulanya, gedung tersebut dikenal dengan nama Sociѐteit voor Officieren.
"The Historich itu nama kekinian. Jadi, dulu gedung itu dinamakan Sociѐteit voor Officieren. Ketika pindah ke TNI AD, oleh Ajendam bangunan itu dinamai Balai Prajurit Sudirman. Pada tahun 2012, ketika disewakan ke pengusaha Factory Outlet bernama Pery Tristianto diberi nama The Historich," ujar Machmud.
Dari segi arsitektur, gedung The Historich mengadopsi gaya indische empire stijl. Gaya arsitektur itu dipengaruhi oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem Daendels.
"Sisi arsitektur ini memang menarik, karena satu-satunya saya kira di Cimahi yang menggunakan gaya indische empire stijl. Jadi, gaya arsitektur warisan Daendels. Daendels itu kan bangga betul dengan kemewahan dan kemegahan. Maka, ia meminta bangunan-bangunan itu dibangun bergaya Yunani dan Romawi," tutur Machmud.
![]() |
Machmud menjelaskan ciri dari bangunan bergaya Yunani dan Romawi itu ada kolom dan tiang besar. "Kalau yang sociѐteit itu, punya ciri, tiangnya itu ionic. Jadi, ionic itu bergelung. Jadi kalau kita lihat kolom, nanti di atasnya itu ada gelung," ucapnya.
Di balik kemegahan dan kemewahan gedung The Historich, hingga kini belum diketahui siapa arsitekturnya. Riset-riset yang dilakukan para peneliti masih berkisar dugaan-dugaan, belum pada kepastian.
"Sampai saat ini, belum ditemukan nama pasti arsiteknya. Memang, ketika pembangunan Garnizun Cimahi itu yang memimpin pembangunannya Kapten der Genie Fischer bersama asistennya VL Slors. Jadi, Genie itu nama kesatuan di militer yang punya kemampuan membangun. Nah, saya masih menduga-duga, jangan-jangan dia-lah juga yang mengarsiteki seluruh bangunan, termasuk juga gedung Sociѐteit voor Officieren ini," tutur Machmud.
Usai kemerdekaan, kepemilikan atas Gedung The Historich berpindah dari Belanda ke Ajendam III Siliwangi TNI AD. Setelah itu, gedung tersebut sempat dua kali disewakan pada DPRD Kota Cimahi pada 2003, dan Pery Tristianto, pengusaha Factory Outlet, pada 2012. Berulang kali beralihnya kedudukan atas gedung tersebut, ternyata mengubah sedikit bagian-bagian yang ada di dalam maupun di luarnya.
"Kalau saya lihat foto-foto lama itu utuh sebenarnya tidak ada perubahan. Yang berubah itu ketika tahun 2003, waktu dijadikan kantor DPRD Kota Cimahi. Di antara tiangnya itu dibuat tembok, kan asalnya kosong. Jadi pintu masuk cuma satu," tutur Machmud.
Setelah DPRD Kota Cimahi berpindah kantornya, gedung tersebut diduduki kembali oleh Ajendam III Siliwangi TNI AD. Selanjutnya, gedung tersebut disewakan pada Pery Tristianto.
![]() |
Ujang (50), penjaga gedung The Historich, menyebut saat disewa Pery itu dinding gedung dicat. "Terus lantai panggung di dalam gedung yang asalnya pake kayu dicor terus diganti pake keramik. Jadi, perubahan gedung mah belum ada. Cuma diperbaiki," kata Ujang yang sejak 1996 dipercaya menjaga gedung ini.
Kini Gedung The Historich kerap digunakan untuk ajang pernikahan, pertemuan, pameran UKM, seminar, dan lainnya. Gedung tersebut bukan dikelola Pemkot Cimahi.
"Gedung The Historich itu dikelola oleh Ajendam III Siliwangi, bukan oleh Pemkot Cimahi. Dalam konteks pemantauan, dari dinas sendiri hanya dari luar, karena kita tidak punya akses kewenangan sampai ke dalam. Tapi, kita diberi kemudahan untuk menggunakannya," ucap Kepala Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cimahi Ero Kusnadi. (bbn/bbn)