Debat Pilwalkot Bandung, Nurul ke Yossi Bahas Praktik Suap

Debat Pilwalkot Bandung, Nurul ke Yossi Bahas Praktik Suap

Tri Ispranoto - detikNews
Minggu, 25 Mar 2018 23:58 WIB
Suasana debat Pilwalkot Bandung 2018. (Foto: Tri Ispranoto/detikcom)
Bandung - Calon Wali Kota Bandung Nurul Arifin mempertanyakan capaian Kota Bandung yang menduduki posisi pertama dalam persentase suap di Indonesia versi survei Transparency International Indonesia (TII). Pertanyaan tersebut diungkapkan Nurul dalam sesi tanya jawab antar calon saat debat Pilwalkot Bandung 2018.

Nurul menanyakan hal itu kepada pasangan calon (paslon) nomor urut dua Yossi Irianto-Aries Supriatna. Acara debat publik pertama Pilwalkot Bandung berlangsung di Hotel BnB, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Minggu (25/3/2018) malam.


Nurul menanyakan tanggapan mengenai data TII yang menyebut persepsi suap di Kota Bandung mencapai 10,8 persen dari biaya produksi. Mirisnya, kata Nurul, praktik suap paling banyak terjadi pada hak dasar seperti listrik dan ketersediaan air bersih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bagaimana sebenarnya ini bisa terjadi. Terlebih Pak Yossi saat itu masih sebagai Sekda Kota Bandung," tanya Nurul.

Menanggapi hal itu, Yossi menyampaikan klarifikasinya. Menurut dia, persoalan bukan pada Aparatur Sipil Negara (ASN) melainkan pada tingkat pengusaha itu sendiri.

"Dari sisi ASN kita bangun proteksi. Bahkan tahun 2016 justru Kota Bandung tampil dalam akuntabilitas nomor satu di Indonesia," katanya.

Yossi menilai apapun bentuk korupsi adalah kejahatan yang luar biasa. Sehingga ia berkomitmen akan membentengi dengan membangun reformasi birokrasi.

"Kita akan meminimalkan tatap muka pengusaha dengan penyelenggara negara. Itulah Bandung Hebat dan Ringkas (HebRing). Pelayanan publik yang hebat dipangkas tanpa ribet," ujar Yossi.

Nurul yang diberi waktu untuk menanggapi pernyataan Yossi kembali mengkritisi mengenai proses perizinan Kota Bandung yang diklaim sudah online. Padahal, kata Nurul, saat dicoba tetap saja ujung dari perizinan tersebut terjadi tatap muka.

"Jadi tidak semuanya berjalan sesuai syarat ingin transparan secara online. Oleh karena itu kita berkomitmen tidak hanya membangun smart city tapi open city," tandas Nurul mengakhiri sesi debat. (bbn/bbn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads