Dede mengaku terpaksa tinggal di tempat itu karena masalah keterbatasan ekonomi, sehari-harinya dia bekerja sebagai penjual mainan di sekolah-sekolah.
"Berjualan mainan selama satu tahun, sebelumnya jualan cakue di orang Kampung Situawi Pak Dodin selama 3 tahunan. Karena ada mes saya tinggal di tempat itu," kata Deden di rumah tinggalnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ayah saya dulunya tentara berpangkat Serma sekarang meninggal, disusul ibu saya 10 tahun lalu. Sejak itu saya tinggal dimana saja sampai akhirnya di tempat ini," lirih Dede.
Sehari-harinya Dede makan dengan membeli nasi bungkus di warung dan mandi di sungai. "Kalau dapat rejeki saya beli makan di warung, untuk mandi saya di Sungai Cipelang. Kalau sungai sedang besar saya nggak mandi," tutur Dede.
Dede sebetulnya memiliki rumah warisan orang tuanya, namun sudah 5 tahun ini rumahnya itu hancur karena memang sudah tidak layak. "Rumah ada ukuran 7x3, karena bentuknya bilik kayu akhirnya hancur. Itu juga dulu dibangun oleh warga," ucap dia.
Ketua RW 03, Sarya (59) mengungkap jika warga sendiri sudah beberapa kali memberikan solusi namun Dede lebih memilih tinggal di tempat itu. "Sudah kita berikan solusi, kita bangunkan gubuk-gubukan mungkin karena kurang nyaman. Akhirnya oleh tetangga dia ditempatkan di rumah itu," kata Sarya.
Sarya mengaku saat ini pihaknya sedang menggodok solusi untuk tempat tinggal Dede, ada rencana untuk membangun ulang dengan lokasi yang baru. Disebut Sarya, Lurah Karang Tengah, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), dan warga sudah ke lokasi.
"Saya sudah mengetahui sejak malam karena ceritanya viral di media sosial, makanya pagi tadi Pak Tonny Slamet, Lurah Karang Tengah dan LPM sudah memantau ke lokasi. Saat ini sedang kita garap solusinya," tutup dia. (avi/avi)