"Kalau kita lihat sebetulnya (Pilgub Jabar) lebih orientasinya figur ya. Jadi kalaupun dari partai, tapi tetap figur yang ada di partai itu," kata Firman saat dihubungi via telepon genggam, Jumat (13/10/2017).
Ia mengatakan berdasarkan dua periode Pilgub Jabar menunjukan figur menjadi penentu kemenangan. Dua periode terakhir, Ahmad Heryawan bisa unggul dengan menggandeng wakil yang cukup dikenal masyarakat luas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Besaran koalisi enggak menentukan, pada Pilgub 2008 koalisi besar mengusung pada Dani kalah. Sementara koalisi besar Pilgub 2013 mengusung Dede Yusuf juga kalah," ungkap dia.
"Sederhananya identifikasi partai rendah, tapi lebih kepada figur. Kalau keberadaan figur itu diidentifikasi bagian dari partai," menambahkan
Menurutnya selain figur calon, keberadaan kepala daerah di beberapa wilayah di Jabar juga bisa mendongkrak perolehan suara. Namun, tetap saja figur kepala daerah tersebut yang menentukan bukan merepresentasikan mesin partai.
"Bahwa dia (kepala daerah) bisa menjadi variable (kemenangan) iya. Apalagi kepada figur misalnya Indramayu selalu dikuasai Golkar memperlihatkan pengaruh ada Yance. Betul kemudian itu bisa berpengaruh tapi bukan mesin partai tapi figur bagian dari elit partai," kata Firman. (ern/ern)











































