Melihat Dekat Museum Pegadaian di Sukabumi

Melihat Dekat Museum Pegadaian di Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikNews
Kamis, 12 Okt 2017 14:13 WIB
Museum Pegadaian di Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom)
Sukabumi - Suara Bende (alat musik tradisional) dipukul bertalu-talu oleh seorang petugas pegadaian. Sejumlah warga kampung mempersiapkan uang lalu berkerumun dan tawar menawar harga barang yang dilelang. Siapa menawar paling tinggi, barang bisa dibawa pulang.

Cerita di atas ialah gambaran suasana sistem pelelangan di masa lampau yang terekam dalam catatan sejarah pegadaian. Ketika teknologi belum secanggih sekarang, bende satu-satunya alat untuk mengumpulkan warga sewaktu ada acara lelang barang gadaian.

"Petugas Pegadaian berkeliling kampung mengumpulkan warga, kemudian berkumpul di satu titik lalu memulai proses lelang. Harga dimulai dari yang sudah ditetapkan petugas, cara yang dipakai hingga saat ini siapa penawar tertinggi maka barang yang dilelang berpindah tangan," kata Ujang Suryatna, salah seorang staf Pegadaian, saat ditemui detikcom di Museum Pegadaian, Jalan Pelabuhan II Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (12/10/2017).
Melihat Dekat Museum Pegadaian di SukabumiSalah satu alat yang dipamerkan di Museum Pegadaian. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom)
Tidak banyak yang tahu jika bangunan yang berlokasi di pinggiran Kota Sukabumi ini berupa Museum Pegadaian pertama dan satu-satunya di Indonesia. Berdasarkan catatan sejarah, Sukabumi merupakan kota lahirnya perusahaan Pegadaian yang kini berstatus BUMN.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jejak transaksi pegadaian di masa lampau tergambar jelas di bangunan kuno yang berdiri sejak tahun 1901 ini. Dulunya tempat ini rumah dinas kepala pegadaian pertama di Sukabumi.

"Bangunan ini berdiri sesuai dengan sejarah lahirnya Pegadaian pada tahun 1901 dulunya milik kepala. Pada 10 April 2010 museum ini resmi dioperasikan dan dibuka untuk umum," ujar Ujang.
Melihat Dekat Museum Pegadaian di SukabumiSejumlah alat lainnya turut hadir di Museum Pegadaian. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom)
Sejak dulu hingga kini, kehadiran Pegadaian salah satu solusi ketika masyarakat ingin mendapatkan uang dengan cepat. Cukup memasukkan barang jaminan kemudian ditaksir oleh petugas lalu ditentukan nilainya dan uang bisa dicairkan.

"Sistemnya tidak banyak berubah sejak dulu, hanya fasilitas layanannya saja yang bertambah tapi karena sudah kepalang identik dengan istilah gadai masyarakat disini kebanyakan datang untuk menggadaikan barangnya, padahal saat ini banyak program layanan lain yang ada di Pegadaian," kata Ujang yang merupakan seorang pegawai paling senior di tempat tersebut.

Selain dua bende berukuran besar dan kecil, di tempat ini memamerkan peralatan timbangan emas, alat penguji emas serta berlian, mesin tik dan sepeda yang pernah dipakai oleh pegawai Pegadaian zaman dulu. Ada juga sejumlah benda lainnya.
Melihat Dekat Museum Pegadaian di SukabumiSepeda tua yang pernah dipakai pegawai Pegadaian. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom)
Hingga saat ini tidak ada pegawai khusus yang melayani pengunjung yang datang ke museum. Ujang menyebut dalam satu bulan memang selalu ada pengunjung yang datang dan mayoritas adalah pelajar, rata-rata perbulannya tidak mencapai 100 orang.

"Belum ada petugas atau pemandu yang secara khusus menerangkan benda-benda yang tersimpan disini. Saya saja tahu karena sering mendengar dan melihat ketika ada guru atau pakar sejarah yang berkunjung ke sini ditambah baca-baca buku tentang sejarah Pegadaian," tutup Ujang yang bekerja di Pegadaian sejak 1990. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads