Menanti Gebrakan Satgas Penanganan Tambang Pasir Besi di Sukabumi

Menanti Gebrakan Satgas Penanganan Tambang Pasir Besi di Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikNews
Selasa, 12 Sep 2017 12:41 WIB
Warga tolak aktivitas tambang pasir besi di Sukabumi, beberapa waktu lalu. (Foto: Syahdan Alamsyah/detik.com)
Sukabumi - Sudah dua pekan sejak 29 Agustus 2017 lalu terbentuk Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Tambang Pasir Besi. Masyarakat lokal, khususnya komunitas Gerakan Bersama Penyelamatan Asset Pesisir (Geber Pasir), menanti eksistensi dan kerja nyata Satgas yang diinisiasi Polres Sukabumi.

Baca juga: Polres Sukabumi Bentuk Satgas Penanganan Tambang Pasir Besi


Masyarakat mendukung penuh pembentukan Satgas tersebut dengan harapan bisa menjadi solusi penanganan keberadaan tambang pasir besi di sekitar lingkungan penduduk.

"Kapolres menjanjikan satu minggu dari audensi itu Satgas sudah terbentuk dan minggu depannya harus sudah terjun ke lapangan. Kita mengapresiasi kinerja dan gagasan kepolisian yang luar biasa atas pergerakan ini. Namun informasi yang saya dapat keputusan itu malah di ambil alih pihak Pemkab Sukabumi," kata Korlap Geber Pasir, Uj Sukma Wijaya, via telepon, Selasa (12/9/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sukma dan masyarakat lainnya berharap kinerja Satgas ini menggebrak setelah diambil alih Pemkab Sukabumi. Namun bila Satgas tidak ada sama sekali kerja nyata, ia ingin Satgas Penanganan Tambang Pasir Besi dikendalikan polisi.

"Kami berharap pihak kepolisian yang memegang penuh Satgas, mungkin dengan begitu langkah mereka jadi lebih cepat karena menegakkan hukum berkeadilan untuk masyarakat. Karena sejauh ini kita sendiri sudah banyak bernyanyi miring terkait keberadaan tambang tersebut," tutur Sukma.

Baca juga: Tolak Pasir Besi, Petani dan Nelayan Sukabumi Curhat Kesulitan Hidup

Seperti diberitakan sebelumnya, puluhan warga dari Kecamatan Tegalbuleud Kabupaten Sukabumi mendatangi Gedung Negara Pendopo Sukabumi, Jalan Ahmadyani Kota Sukabumi, Selasa (29/8/2017). Kedatangan mereka untuk menolak tambang pasir besi di wilayah mereka.

Puluhan warga yang datang mayoritas berprofesi sebagai nelayan dan petani. Mereka geram dengan pihak tambang yang menggeser aktivitas mereka sehari-hari. Mereka menempuh perjalanan hingga ratusan kilometer untuk menyampaikan aspirasi. (bbn/bbn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads