Curhat Santri Yatim Piatu Bandung yang Terpaksa Tidur di Teras

Curhat Santri Yatim Piatu Bandung yang Terpaksa Tidur di Teras

Dony Indra Ramadhan - detikNews
Rabu, 09 Agu 2017 09:34 WIB
Foto: Dony Indra Ramadhan
Bandung - Kholid (12) harus menahan cuaca dingin setiap malam tiba. Santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Kasyaf ini untuk sementara tidur di teras rumah lantaran sudah tidak punya tempat untuk tidur.

Sejak dua pekan lalu, pondokan yang biasanya dipakai tidur oleh Kholid dan 34 teman lainnya di Komplek Vijaya Kusumah, Jalan Desa Cipadung, Kecamatan Cibiru Kota Bandung habis waktu sewanya. Kholid bersama yang lainnya terpaksa membangun tenda sementara di teras pesantren Al-Kasyaf.

"Ya kalau malam suka kerasa dingin aja. Makanya setiap malam kalau tidur sarungan aja. Masih kerasa dingin sih, tapi ya dipaksakan saja," ucap Kholid saat berbincang dengan detikcom, Selasa (8/8) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tenda yang saat ini digunakan Kholid dan rekannya yang lain ini terbuat dari kain. Di dalamnya, terdapat kasur tipis dan aneka barang milik santri. Banyaknya barang, membuat mereka harus berbagi ruang untuk tidur.

Baca juga: Sewa Rumah Habis, Puluhan Santri Yatim Piatu di Bandung Tidur di Teras

Kholid merupakan santri asal Banjaran, Kabupaten Bandung yang sudah tinggal di ponpes itu selama kurang lebih dua tahun. Ibu Kholid meninggal dunia sementara ayahnya kabur tak ada kabar. Sebelum tinggal di Ponpes, setiap hari Kholid tinggal bersama neneknya di Banjaran. Terbentur biaya, Kholid dititipkan di Ponpes itu.

Kholid mengaku tak masalah dengan kondisi yang dialaminya saat ini. "Ya mau bagaimana lagi, memang sudah habis sewanya," kata anak asal Banjaran, Kabupaten Bandung yang sudah dua tahun menetap di Ponpes Al-Kasyaf ini.

Bukan hanya Kholid yang harus menahan getir tinggal di teras rumah. Santri lainnya, Setiawan (10) pun mengalami hal yang serupa.

"Tidur di situ ya setiap harinya nempel saja sama kakak-kakak. Biar hangat," kata dia.

Seperti dua adiknya, Rivaldi (15) juga harus mampu menahan 'ujian' tersebut. Rivaldi hanya berharap, ke depannya ia bersama teman dan adik-adiknya kembali mendapat tempat untuk tidur.

"Inginnya sih ada rumah lagi, biar nyaman tidurnya," kata Rivaldi.

Pimpinan Ponpes Al-Kasyaf, Giovani Van Rega (37) tak lepas memikirkan nasib anak asuhnya itu. Ia juga mengkhawatirkan kondisi kesehatan 35 orang santri yang tidur di luar.

"Mereka sih tidak mengeluh kepada saya. Cuma sayanya saja yang khawatir, udara malam kan bahaya buat kesehatan mereka," kata dia.

Setelah tak bisa memperpanjang waktu sewa rumah tempat tinggal para santri itu, Giovani saat ini tengah mencari kontrakan lain di kawasan itu. Namun, pihaknya terbentur masalah biaya harga sewa rumah yang mencapai kisaran Rp 25 juta setahun.

"Sementara sedang mencari biayanya, mereka ya seperti itu," ujarnya. (ern/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads