Jumar menjadi saksi hidup pencemaran Curug Jompong yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, kondisi tersebut sudah terjadi sejak tahun 1985 saat perusahaan industri tumbuh menjamur di wilayah Bandung Raya. Bukan hanya sampah botol plastik saja yang ia pungut, tak jarang jasad manusia tersangkut di sela bebatuan dipungutnya.
Tak hanya perkara sampah, ia juga merasa resah dengan kondisi pencemaran yang saat ini terjadi karena takut gatal ke kulit. Jumar sendiri memungut rongsokan mengunakan jaring yang lilitkan ke sebilah bambu. "Kadang suka gatal ke kaki," kata Jumar warga Kampung Sukawangi, Desa Jelegong, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung kepada detikcom, Senin (24/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap akan mencari rongsokan bekas yang menyangkut disela-sela batu ia pun harus menggunakan spatu boot dan pakaian lengan panjang.
Selain itu Jumar berujar, ikan sungai yang dulu biasa dipancingnya bersama teman-teman perlahan mulai menghilang, hal itu diakibatkan banyaknya tumpukan sampah dan air sungai yang menjadi kotor karena limbah industri. "Ada sih ikan, tapi tidak banyak. Paling mujair atau patin," ungkapnya.
Jumar berujar, penyebab gatal dari air sungai tersebut diakibatkan banyaknya sampah dan limbah industri yang bercampur menjadi satu. "Bangkai, sampah rumah tangga, limbah pabrik bercampur satu, gimana tidak gatal?," ujarnya.
![]() |
Jumar berharap kepada Pemkab Bandung untuk segera melakukan penanganan Curug Jompong yang kini tercemar. "Kalau musim kemarau, airnya bau sekali dan menyengat ke pemukiman warga," ujarnya.
Warga lainnya, saat ditemui di lokasi berbeda (masih di dekat aliran sungai), Ade Suryana (62) air sungai tersebut sudah lama tidak digunakan atau dikonsumsi oleh warga. Bahkan ia mengaku harus beliΕΉ "Air ini hanya dapat digunakan warga untuk bahanbaku bata, karena warga biasanya beli air galon (air minum kemasan isi ulang)" pungkasnya. (avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini