Ketua RW 02 Yayan Saeful (49) mengatakan sejak bergulirnya program Citarum Bestari tahun lalu, jumlah sampah terutama plastik yang mengotori Sungai Citarum berangsur berkurang. Kini sampah mayoritas menggunduk di bawah jembatan BBS, sementara pada 2014 lalu seperti dalam film dokumenter soal pencemaran Sungai Citarum yang berjudul 'Unreported World, The World's Dirtiest River', hampir seluruh badan sungai tertutup sampah.
Menurut Yayan dulu ia sempat memunguti sampah di Sungai Citarum. Dalam satu minggu bisa memperoleh 30 ton sampah kresek. Sementara botol dan gelas kemasan sekitar 20 ton. "Untuk kresek Rp 300 per kilogramnya, kalau botol plastik Rp 2 ribu hingga Rp 3 ribu per kilogram," kata Yayan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di dalam perahunya, ada botol atau gelas kemasan plastik yang sudah dikumpulkan Iyep sejak dari pagi hingga sore menjelang. "Nembe kengeng sakedik, mun halodomah kieu beda sareng musim hujan, sampah plastikna seuur. (Baru sedikit, kalau musim kemarau seperti ini beda dengan musim hujan sampah plastiknya banyak," ujar Iyep.
Iyep membandingkan di musim hujan ia biasa dapat sekitar 20 kilogram atau gelas kemasan plastik bekas setiap harinya. Tapi di musim kemaru 20 kilogram tersebut harus dikumpulkan selama satu Minggu.
Iyep adalah salahsatu dari puluhan pemungut barang bekas yang ada di aliran Sungai Citarum yang berada di wilayah Cihampelas KBB. Kehadiran Iyep bersama puluhan pemulung lainnya memberikan dampak positif untuk kelestarian Sungai Citarum.
"Kalau tidak ada mereka (pemulung sampah) mungkin makin banyak sampah di bawah jembatan BBS," ujar Yayan.
Sejak Juni hingga Desember 2016, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menggulirkan program Citarum Bestari (Bersih, Sehat, Indah, dan Lestari). Program yang bekerjasama dengan Kodam III Siliwangi ini menghabiskan dana Rp 13 miliar. TNI bersama masyarakat melakukan aksi bersih-bersih di sepanjang sungai Citarum.
(ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini