"Harusnya kalau sudah berbisnis urusannya makhluk hidupyainstrumentnya harus disiapkan.Dokternya, kliniknya atau apa. Kan itu bagian dari sebuah standar," ujar pria yang karibdisapaEmil itu di Balai Kota Bandung, JalanWastukancana, Rabu (11/5/2016).
"Makanya dari awal saya sudah bilang, kalau tidak sanggup udah open aja ke investasi, kalau tidak bisa nyarinya, Pemkot ngebantuin. Dari awalnya juga saya sudah geregetan dan kesal," tegasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya pihak pengelola yang diwakili Humas mengungkapkan bahwa pihaknya menunggu datangnya investor. Pengelola mengaku belum menerima surat resmi tawaran investasi dari Pemkot Bandung. Ini tanggapan Emil.
"Bukan soal resmi dan resmi, kan sudah saya bilang (tawaran investasi). Ya kalau mau disurati tidak masalah. Tapi bagi saya itu bukan alasan kalau dari awal tahu tidak sanggup," tegasnya.
Menurut Emil, seharusnya pengelola juga peka terhadap protes dan masukan dari masyarakat, karena Kebun Binatang Bandung terbuka untuk umum.
"Mereka harus sensitif terhadap pengunjung, karena ini kebun binatang untuk umum, bukan pribadi. Maka setiap penilaian masyarakat harus diperhatikan kalau masyarakat kecewa, marah atau sebagainya bagian yang harus diperhatikan. Kalau tidak mau, janagan berbisnis dengan urusan publik bikin saja untuk pribadi, jadi enggak akan ada yang datang," ujar Emil.
Baca juga: Miris, Kebun Binatang Bandung Tak Punya Dokter Hewan
Apalagi, kata Emil, tiket masuk kebun binatang cukup mahal yakni Rp 20 ribu. Harga tersebut dinilai tak sebanding dengan kualitasnya.
"Nariknya aja 20 ribu, mahal menurut saya dibandingkan dengan kualitasnya. Coba lihat ragunan berapa, jauh lebih baik tempatnya. Memang ada perbaikan, tapi tidak memenuhi standar," tambah Emil yang terlihat sangat kesal.
Meski begitu, Pemkot Bandung tidak bisa melakukan banyak intervensi kepada pihak pengelola. Karena kebun binatang tersebut dikelola oleh personal dengan menyewa lahan milik Pemkot Bandung.
(avn/ern)











































