Kesedihan kembali membalut benak Loize sewaktu tiba di Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) PNIEL Yudha Wyogrha, Komplek Yon Zipur 3, Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Kamis (25/12/2014). Dia menatap pilu halaman dan ruangan tempat ibadah itu tergenang air setinggi betis orang dewasa atau 30 sentimeter.
"Kondisi banjir ini memukul hati saya. Tadi saya buru-buru ke gereja ini," ucap Loize sambil terisak saat ditemui di gereja tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tadi dua jam perjalanannya. Macet total. Ya karena ruas jalan terendam banjir," ujarnya.
Lantaran memaksa menerobos genangan air, mobil yang ditumpanginya mogok. Loize bergegas turun dan melangkahkan kakinya melintasi banjir untuk menuju gereja. "Walau susah datang ke gereja, jemaat begitu semangat dan antusias. Saya bersyukur bisa merayakan Natal di gereja ini. Acara tetap khidmat meski gereja kebanjiran," tutur Loize.
Cerita lainnya diungkapkan Gerson Bianome (51), warga Kampung Babakan Leuwi Bandung, RT 2 RW 1, Kelurahan Citereup, Kecamatan Dayeuhkolot. Bapak lima anak ini rumahnya kena banjir. "Tinggi airnya sampai leher. Selama ini bertahan di lantai dua rumah," ucap Gerson di tempat sama.
Rumah ke geraja tersebut jaraknya satu kilometer. Semangat Gerson menggebu. Dia dan istrinya, Wanti (49), tidak mau melewatkan begitu saja momen Natal di gereja.
"Saya dan istri tadi berenang dan menyusuri gang yang terendam banjir. Kalau anak-anak tidak ikut karena mengungsi di tempat saudara," tutur pria berkumis ini.
Gerson dan istri tak menyerah walau sekujur tubuh basah kuyup. Keduanya uji nyali membelah banjir sejauh 350 meter untuk menuju jalan raya yang kondisinya aman. Aksi basah-basahan belum usai, Gerson harus berjalan kaki melewati jalan yang tertutup air. Tiba di gereja, mereka mengganti pakaian.
"Saya bersyukur bisa ikut merayakan Natal di gereja. Walau air banjir masuk ke ruangan gereja, kami tetap lancar melaksanakan ibadah," kata Gerson.
(bbn/mad)